Buya Menjawab

Takdir Manusia

Apa benar nasib atau takdir manusia ini sudah ditentukan Allah SWT sejak kita dilahirkan? Bagaimana menyikapinya Buya? Mohon penjelasan. Terimakasih.

Editor: Bedjo

SRIPOKU.COM - Assalamualaikum.Wr.Wb
BUYA, apa benar nasib atau takdir manusia ini sudah ditentukan Allah SWT sejak kita dilahirkan? Bagaimana menyikapinya Buya? Mohon penjelasan. Terimakasih. 08136831xxxx

Berita Lainnya:  Suratan Takdir Leonardo DiCaprio

BUYA MENJAWAB:
Assalamualaikum.Wr.Wb.
ANANDA, ketika usia manusia 4 bulan 10 hari di dalam rahim ibu, Allah SWT. meniupkan ruhnya dan hiduplah janin tersebut, lalu Allah SWT menentukan taqdirnya di Lauhil Mahfuz; ajalanya, rezekinya, amalnya, bahagia atau celaka dia. Hal tersebut sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah saw; Sabda Rasulullah Saw. yang artinya secara lengkap sebagai berikut; "Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas'ud ra. Telah berkata; "Telah bersabda Rasulullah saw dan dialah yang selalu benar dan yang dibenarkan", "Sesungguhnya tiap orang diantaramu dikumpulkan pembentukannya (kejadiannya) di dalam rahim ibunya dalam 40 hari berupa nutfah (air yang kental). Kemudian menjadi 'alaqoh (segumpal darah) selama itu juga (40 hari), kemudian menjadi mudghoh (gumpalan seperti sekerat daging), selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah kepadanya Malaikat, maka ia meniupkan roh padanya dan diperintahkan (ditetapkan) dengan 4 perkara:

1. Ditentukan rizkinya, 2. Ajalnya (umurnya), 3. Amalnya (pekerjaannya), 4. Ia celaka atau bahagia.
Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain dari pada-Nya, sesungguhnya seorang di antara kamu ada yang mengerjakan pekerjaan ahli Surga sehingga tidak ada antara dia dengan Surga itu kecuali sehasta saja, maka mendahuluilah atasnya ketentuan (Takdir) Tuhan, lalu ia mengerjakan pekerjaan ahli neraka, maka iapun masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantara kamu mengerjakan pekerjaan ahli neraka sehingga tak ada antara dia dan neraka kecuali sehasta saja, maka ia didahului ketentuan Tuhan atasnya, lalu ia mengerjakan pekerjaan ahli Surga, maka iapun masuklah ke dalam Surga." (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

Pada saatnya setelah sembilan bulan sepuluh hari di dalam kandungan seorang ibu, Allah mengeluarkan bayi itu dari dalam rahim ibu ke dunia ini. Inilah yang dinamakan kehidupan di alam dunia. Allah swt. hidupkan manusia dimuka bumi ini dalam waktu yang relatif singkat untuk memberikan peluang kepadanya melakukan amal-amal yang baik, berkwalitas yang disebut dengan amal shaleh. Begitu kehendak Allah swt. sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, "Yang menjadikan mati dan hidup (bagi manusia) untuk menguji, siapa diantara kamu (manusia) yang baik amal ibadahnya dan Allah maha gagah dan maha pengampun". (QS:67 Al Mulk:02).

Manusia menikmati kehidupan di dunia ini dengan menjalani Qadar-taqdir yang sudah tertulis di Lauhil Mahfuz,maka dengan upaya dan ikhtiarnya berlakulah qodlo Allah SWT. susah dan senang, bahagia, celaka mewarnai kehidupan hambaNYA di dunia ini. Bagi mereka yang memiliki keimanan yang tangguh, apapun yang terjadi mereka hadapi dengan sabar dan senantiasa mematuhi komitmen-nya ketika belum terjelma di alam dunia ini.

Dalam merespon apa yang dikemukakan Rasulullah Saw. tentang Qadar-Taqdir; hendaknya ber-husnu-zzon (berbaik sangka), insya Allah ketentuan Allah swt. adalah baik (sebagai penghuni Surga) maka dalam menyikapi kehidupan ini senantiasa mengarahkan diri dalam upaya identifikasi diri kedalam kelompok amalan-amalan calon penghuni Surga. Coba direnungkan sekali lagi pernyataan Rasulullah Saw. dalam terjemahan bahasa yang agak mudah dipahami yang artinya, "Dari Ibnu Mas'ud ra. Berkata: "Rasulullah saw. yang selalu benar dan dibenarkan itu menceritakan kepada kami bahwa masing-masing dari kamu itu terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari dengan berupa air mani, kemudian berupa gumpalan darah selama empat puluh hari, kemudian berupa daging selama empat puluh hari lantas diutuslah malaikat dan meniupkan roh ke dalamnya serta diperintah pula untuk mencatat empat kalimat maka malaikat itu menulis tentang rizkinya, tentang ajalnya, tentang amal perbuatannya dan tentang celaka atau bahagianya. Demi Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang di antara kamu beramal dengan amalnya ahli surga sehingga antara ia dengan surga itu hanya berjarak sehasta tapi karena ia telah tercatat sebagai ahli neraka maka tiba-tiba ia mengamalkan amalan ahli neraka sehingga akhirnya ia masuk neraka. Dan salah seorang di antara kamu sekalian beramal dengan amal ahli neraka sehingga antara ia dengan neraka itu hanya berjarak sehasta tapi karena ia telah tercatat sebagai ahli surga maka tiba-tiba ia mengamalkan amalan ahli surga sehingga akhirnya ia masuk surga". (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Menurut ulama Tauhid; bahwa Qadar-Taqdir dalam arti bahasa adalah ketentuan atau ukuran. Menurut istilah Ilmu Tauhid Qadar itu adalah ketentuan dan ukuran yang ditetapkan Allah swt. bagi segala makhlukNya yang sudah tertulis di Lauhil mahfuz, sedangkan Qadla adalah menjelmakan makhluk sesuai dengan ketentuan Qadar. Artinya pelaksanaan ketentuan tersebut pada masing-masing makhluk di dunia ini.Qadla ada dua macam, yaitu Qadla Mubram dan Qadla Mu'allaq. (Saleh Abdurrachman, Akhlaq Ilmu Tauhid, III. hal. 82).

Qadla Mubram, Ialah sesuatu yang terjadi pada manusia di dunia ini sedikitpun tidak melenceng dari apa-apa yan sudah tertulis dalam Qadar-Taqdir di Lauhil mahfuz. Allah berfirman, yang artinya: "Dan Allah telah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu lakukan". (QS.37. As Shafat: 96).

Qadla Mu'allaq, ialah apa yang terjadi pada manusia di dunia ini tergantung pada keadaan dan situasi, bisa terjadi dan dapat juga tidak terjadi. Artinya manusia dalam kehidupannya ada ikhtiar (pilihan), upaya dan do'a.

Artinya: "Allah menghapus segala sesuatu yang Dia kehendaki atau menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauhil mahfuz)". (QS.13.Ar Ra'du: 39).

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"…(QS.13.Ar Ra'du:11).

Allah SWT. tidak akan merobah keadaan suatu komunitas, selama mereka tidak mau mengubah sebab-sebab kemunduran mereka, makanya dalam menyelesaikan permasalahan, dituntut untuk mencari akar permasalahan, yaitu menelusuri penyebab terjadinya, lalu berupaya dengan segenap potensi serta memohon ridlo Allah swt. sehingga dengan izin-Nya keadaan dapat berubah dari negatif menjadi positif. Rasulullah Saw. menyatakan artinya, tidak akan bertambah umur kecuali banyak berbuat kebaikan,Tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali doa dan rezeki seseorang tertahan karena banyak melakukan dosa."

Semoga dapat dipedomani oleh ananda untuk merubah sikap dan aplikatif nilai-nilai akhlak yang mulia. ()

Keterangan:
Konsultasi agama ini diasuh oleh Buya Drs H Syarifuddin Yakub MHI.

Jika Anda punya pertanyaan silahakan kirim ke Sriwijaya Post, dengan alamat Graha Tribun, jalan Alamasyah Ratu Prawira Negara No 120 Palembang. Faks: 447071, SMS ke 0811710188, email: sriwijayapost@yahoo.com atau facebook: sriwijayapost

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved