Perjuangan Ibu Lalibai
Kisah Kaum Pembersih Kotoran Manusia dan Perjuangan Lepas dari 'Kutukan'
TAK terbayangkan dalam benak kita ada manusia yang seolah tak punya hak untuk mendapatkan pekerjaan lain selain membersihkan kotoran,
Tapi sebutan kasta begitu membudaya bahwa ketika orang mencoba dan meninggalkan mereka mungkin tidak dipekerjakan untuk bekerja di tempat lain.
Pada kasus yang ekstrim, bahkan mungkin menghadapi kekerasan fisik, seperti Lalibai, di desanya, dia dilarang menangani sayuran di pasar dan mengambil air dari keran
desa.
Tidak ada yang akan memotong rambutnya, dan jika dia berusaha untuk berdoa di kuil, dia akan berbalik.
Kastanya dilarang untuk melakukan prosesi pernikahan atau bahkan musik dan menari di pesta pernikahan.
Ketika berjalan ke desa, perempuan dipaksa untuk bertelanjang kaki dan memakai pakaian khas yang diidentifikasi kasta mereka.
Perjuangan Ibu Lalibai Lepas dari Kasta 'Manusia Pembersih Kotoran'
Ibu Lalibai, wanita dari kasta terendah di India ini berusaha keluar dari 'kutukan' harus menerima pekerjaan membersihkan kotoran manusia sepanjang hidupnya.
Tiap pagi, dia membawa keranjang dan tongkatnya dari rumah ke rumah, mengangkat sampah dari kakus, dan membawanya di luar desa, tulis Amy Braunschweiger di Hrw.org-Human Right Watch mengawali kisah Lalibai dan kastanya
Dia tentu tak suka melakukan itu, tiap harus harus menemukan sesuatu yang menjijikkan, dan itu membuatnya sakit secara fisik dan psikis.
Lalibai "dibayar" dengan roti, itulah yang terjadi di komunitasnya, sebab dianggap sebagai kasta berpangkat terendah, dia tidak bisa membayangkan ada kehidupan lain.
Pada tahun 2002, Lalibai bertemu para aktivis dari Rashtriya Garima Abhiyan, dia memutuskan untuk berhenti mengumpulkan kotoran.
"Saya dibebaskan sendiri,"katanya.
Tapi orang-orang di sekelilingnya tidak melihat seperti itu, lingkunganya kala itu selama berbulan-bulan mendatanginya untuk kembali ke pekerjaannya.
Namun Lalibai kekeh menghadiri pertemuan dengan aktivis, ancaman ancaman dialaminya, termasuk seorang pria kasta tertua yang tinggal di dekatnya akan memperingatkan untuk tidak menantang dia peran kastanya.
"Dia mengejek saya, dan mengatakan kepada saya bahwa jika saya seperti itu, suatu hari aku akan tidak kembali ke rumah," Lalibai menjelaskan.