Romi Herton: Masyito Itu Istriku, Khilafnya Khilafku
Meskipun dirinya merasa tidak semua tuduhan tersebut benar, Romi tetap mengaku salah soal uang suap untuk pengurusan sengketa Pilkada Palembang.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM, JAKARTA -- Dalam pembacaan nota pembelaan (pledoi) Walikota Palembang nonaktif Romi Herton di ruang sidang Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Selatan, Senin (23/2/2015), membacakan pledoinya suasana haru mulai terasa. Kata demi kata yang diucapkan Romi seakan membuat sejumlah pendukung dan keluarganya turut merasakan kesedihan politisi Parta PDIP teraebut. Tidak sedikit, pendukungnya terlihat mengusap air mata saat mendengar luapan pernyataan Romi yang mengatakan jika dirinya dan istrinya Masyito hanyalah menjadi korban dan berada di posisi yang salah.
Meskipun dirinya merasa tidak semua tuduhan tersebut benar, Romi tetap mengaku salah soal uang suap untuk pengurusan sengketa Pilkada Palembang di Mahkamah Konstitusi. Meskipun awal mulanya ia tak tahu menahu soal uang yang diserahkan istrinya ke Muhtar Ependy, bos PT Promic Internasional.
"Saat lebaran istri saya mengajak saya berbicara, saya kira ada masalah keluarga, ternyata ini lebih besar dari masalah apapun, ketika istri saya mengatakan ia telah memberikan uang kepada Muhtar Ependy Rp 7 miliar. Saya kaget karena sebelumnya tidak memberitahukan kepada saya, saya bingung, kesal terdiam dan termenung mendengar pengakuan istri saya," ujar Romi.
Dikatakan Romi, saat itu Masyito bercerita pada dirinya jika memberikan uang karena tertekan lantaran Muhtar menakuti dirinya soal kemungkinan gugatan yang diajukan ke MK bakal ditolak. "Istri saya jadi takut, terpojok," sebutnya.
Hingga pada akhirnya perkara suap ini bergulir ke persidangan. Romi mengaku salah. Ia juga memahami tindakan istrinya menyerahkan uang ke Muhtar karena tak ingin dirinya kalah di MK.
"Tapi mau bagaimana, Masyito adalah istriku, khilahnya adalah khilafku. Apa pun yang terjadi, dia akan tetap kupeluk di sisiku," tutur Romi seakan tetap mencintai istrinya hingga kapanpun.
"Saya harus mengaku tetap salah, saya mohon dibebaskan dari kesalahan ini atau setidak-tidaknya dihukum seringan-ringanya. Kirranya hukuman sesuai dengan kesalahan saya," imbuh dia.
Namun demikian, Romi bersikukuh tidak mengetahui uang yang diberikan istrinya, Masyito ke Muhtar Ependy ternyata disetor ke Akil Mochtar. "Bagaimana bisa dijerat memberi suap kepada Akil Mochtar melalui Muhtar Ependy sedangkan penyidik dan JPU tidak pernah membuktikan bahwa Muhtar Ependy memberikan uang kepada Akil Mochtar dari saya," kata Romi.
Pembelaan yang Ia beri judul 'saya pemenang Pilkada Palembang yang terzholimi'. Menurutnya, apa yang menjadi dakwaan dan tuduhanya tidak semuanya benar, dirinya yang merupakan incumbent sebagai peserta Pilkada Palembang selalu ingin berlaku jujur dalam proses Pilkada tersebut.
Selanjutnya, Masyito sendiri yang membacakan pledoinya yang berjudul 'Karena Muhtar Ependy, Saya terpisah dengan anak dan suami saya'. Seakan ikut larut dalam suasan haru, Masyito yang membacakan pledoi setiap mengingat ke empat anaknya seakan tidak kuasa menahan air matanya untuk tidak terjatuh, wanita cantik yang terlihat tegar itu, sepertinya begitu menahan sesak ketika mengingat perbuatanya yang membuat malu bagi keluarganya ketika dicibir sebagai seorang koruptor. Dia mengaku tak kuasa membayangkan ketika akan berpisah dengan anaknya.
"Maafkan mama nak, maafkan mama, maafkan mama pa, maafkan aku keluargaku," ucap Masyito
Apa yang dilakukanya menurut Masyito adalab ke khilafannya yang telah terpengaruh oleh Muhtar Ependy. Akibat hal tersebut, kini dirinya harus menahan malu, menahan sakit dan mempermalukan keluarga besarnya.
"Saya akui saya khilaf telah terpedaya oleh Muhtar Ependy, tapi tidak semua benar, saya merupakan korban dari Muhtar, saya kini telah hancur remuk tertimpa tangga pula," paparnya
Pengabdianya kepada masyarakat Palembang yang begitu tulus, sejak sosialisasi dengan berkunjung kerumah-rumah warga, melihat langsung keluhan warga seakan langsung sirna akibat kekhilafannya. Karena hal tersebut, dirinya kini harus berpisah dengan anaknya, anak yang begitu dicintainya harus menanggung malu dicibir oleh temanya sebagai anak koruptor.
"Saya bukan koruptor yang mulia, saya tidak pernah merugikan negara sedikitpun, saya akui kekhilafan saya. Untuk itu yang mulia mohon bebaskan saya, atau paling tidak ringkan seringan-ringanya hukuman saya," harapnya.
