Tuyul Ayam Jago Bikin Heboh

Pagari dengan Doa

Sodikun, Ketua MUI Sumsel mengatakan adanya sebagian uang yang

Penulis: admin | Editor: Bejoroy
zoom-inlihat foto Pagari dengan Doa
Sripo/Dok
Ilustrasi.
Sodikun, Ketua MUI Sumsel mengatakan adanya sebagian uang yang hilang secara tiba-tiba ketika ditabungkan ke dalam celengan yang dimaksud, mungkin saja diambil oleh orang yang ada di rumah. Dikarenakan hal ini memang perlu adanya pembuktian. Bisa jadi uang yang hilang, diambil seseorang yang tidak diketahui pemiliknya dengan cara lobang celengannya dicongkel dengan kawat atau benda lainnya.

Tapi jika sudah dibuktikan pemiliknya bahwa celengan sudah benar-benar dijaga dan orang-orang di dalam rumah tidak ada yang mengambil tapi uang dalam celengan tetap saja hilang, bisa jadi yang mengambil uang dalam celengan memang mahluk gaib. Mahluk gaib yang dimaksud dikenal masyarakat dengan nama tuyul.

Dalam ajaran agama, mahluk gaib seperti tuyul memang ada. Tuyul adalah mahluk gaib yang
gemar mengambil uang atas perintah tuannya. Tapi kalau di Palembang, tuyul masih dinilai terlalu sulit dipercayai. Karena karakter orang Palembang tidak suka memelihara tuyul untuk mencari uang yang berbeda dengan orang-orang di luar Palembang. Orang Palembang dikenal mencari uang dengan cara bekerja yang nyata.

Sebenarnya untuk antisipasi uang celengan tidak mau diambil tuyul cukup mudah. Cara pertama yakni dengan cara menuliskan tulisan asma atau tulisan arab di celengan yang sifatnya sebagai pagar celengan agar tidak ditembus tuyul. Sedangkan cara yang kedua yakni celengan cukup tiup pada setiap kali memasukan uang ke celengan. Celengan ditiup dengan membacakan doa dan menyebutkan kalimat-kalimat asmaul husna.

Beredarnya isu-isu yang mengatakan uang yang ditabungkan di celengan ayam raib atau hilang, ditanggapin dingin pengrajin atau pembuatan celengan ayam. Salah satunya yakni Mardi (49), pengrajin pembuat celengan ayam yang menggangpinya hanya sekedar lelucun ketika dimintai komentarnya.

Ditemui Sripo, di bangsal (tempat pembuatan celangan) di kawasan Jl Tagwa Mata Merah Lrg Keramik Talang Subur Kelurahan Sei Selincah Kecamatan Kalidoni, Mardi yang ketika itu sedang membuat celangan mengakui isu yang dimaksud sudah lama terdengar.

“Saya tidak begitu ambil pusing menanggapinya, memang saya sudah lama mendengar hal yang dimaksud, tapi anggap saja angin lalu. Pastinya harapan saya kedepan, hanya berharap celangan yang saya buat tetap laris dan disukai masyarakat. Lihat saja di bangsal saya ini, apakah ada bukti yang menunjukan apa dimaksud,” ujar Mardi sembari tersenyum di bangsalnya berukuran sekitar 5x10 meter yang berada di belakang rumah.

Diakui Mardi yang mengaku sejak tahun 1970 sebagai pembuat celangen ayam, proses pembuatan celangan ayam yang diproduksinya sama seperti pembuatan celengen dari tanah seperti pada umumnya dan tidak ada cara khusus. Tanah sebagai bahan utama celengan, diambil atau didapat dari sekitar tempat tinggalnya.

“Di kampung ini termasuk saya, ada sekitar tujuh rumah yang membuat celengan dan tempat pembuatan wadah kemuni. Kalau sedang kondisi musim hujan dan banjir, saya menganggur satu bulan tidak membuat celengan sehingga pendapatan tidak ada. Celengan dijual ke pasar yang dibawa menggunakan gerobak yang dorong sendiri. Rata-rata sebulan hanya dapat sekitar Rp1 juta,” ujar Mardi yang mengaku menjual celengan ayam ke penjual eceran di kawasan Cinde, Lemabang dan Pasar 26 Ilir.

Diungkapkan Mardi yang begitu akrab berbincang dengan Sripo, lantaran dirinya sudah terbiasa didatangi wartawan media cetak maupun elektornik untuk meliput tentang proses pembuatan celengan ayam. Selain di tempatnya, tempat lain yang membuat celengan ayam ada di daerah Gasing (Banyuasin), kualitasnya bisa dikatakan lebih bagus. Tapi yang membedakannya hanya catnya saja, sehingga harganya bisa mencapai dua sampai tiga kali lipat.

“Yang buat di Gasing masih saudara saya dan kami berasal dari Jawa Barat. Saya bisa buat celangan ini dari keluarga saya secara turun menurun. Prosesnya mula dari ambil tanah, kemudian didiamkan dan diolah, lalu dicetak dan didiamkan kembali dan terakhir dibakar. Untuk langkah selanjutnya, celengan dicat agar tampak lebih bagus. Pastinya celengan yang dijual, tidak ada cacat dan kondisinya bagus,” jelas Mardi. (mg19)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved