Sensasi Cinta PSK Pelajar
KEBERADAAN pekerja seks komersial (PSK) harus akui hampir sama di setiap kota besar termasuk Palembang. Dan yang agak memprihatinkan PSK kini ada juga yang berasal dari kalangan pelajar. Meskipun mereka tidak vulgar dalam “menjajakan cinta sesaat”, namun keberadaan mereka mudah ditemui kalau tahu caranya.
“Pangsa pasarnya” tentunya saja kalangan eksekutif yang berduit, karena PSK pelajar memasang tarif yang cukup mahal. Para hidung belang ini rela merogoh kocek lebih dari Rp 500 ribu untuk mendapatkan sensasi cinta short time. Uniknya, ada pelajar yang justru tidak suka pakai pengaman.Sepekan terakhir Sripo mencoba menggali informasi bagaimana mendapatkan pelajar yang menjual diri di kota ini dan siapa saja yang menjadi penggunanya. Ternyata bukan perkara mudah bagi pemula yang hendak menggunakan jasa daun muda ini. Para PSK muda itu dikoordinir seorang “mami” yang wanita atau waria.
Cara kerja mereka pun cukup canggih yakni jaringan (link). Para penjanja seks berusia muda ini kerja setelah jam sekolah antara pukul 15.00 hingga 20.00. Mereka membuat alasan ada pelajaran tambahan sekolah atau ikut bimbingan belajar agar tak dicurigai orangtua.Pelanggan mesti merogoh kocek sekitar Rp 500 ribu bila menggunakan jasa mami. Ironisnya, sebagian uang tersebut diterima sang mami, yakni kisaran Rp 300 ribu dan sisanya untuk pelacur muda itu. Polda Sumsel pernah mengungkap jaringan PSK pelajar ini tahun 2008 lalu.
Akal-akalan pun dilakukan, jika sudah bertemu beberapa kali, antara pengguna dan penyedia jasa dapat langsung kontak melalui ponsel. Dengan tidak melalui mami, tarif sedikit lebih murah antara Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu untuk short time.Mike (30), pria yang menjabat manager di salah satu perusahaan pembiayaan ditemui di kafe lantai III Palembang Square (PS) Mall, Kamis (13/5), menuturkan, PSK pelajar itu menjajakan diri tidak secara terangan-terangan.
“Rata-rata mereka ini berusia antara 16 hingga 17 tahun. Kalau ditanya apakah cantik atau tidak, ya pasti lah,” ujar Mike.Dia mengaku biasa kencan di hotel yang tarif permalam Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu. Mike tidak mau menggunakan kos harian atau bulanan dan hotel kelas melati karena keamanan dari razia tidak terjamin.
Untuk mencegah diri kena penyakit menular, pria berkulit sawo matang ini menggunakan alat pengaman (kondom). Diakui, ada kalanya si penjaja cinta menolak menggunakan kondom, tapi Mike tetap bersikeras menggunakannya.Secara kasat mata bisa tidak diketahui pelajar penjaja cinta itu. Ayah satu anak ini menuturkan sulit terutama bagi mereka yang belum pernah berhubungan. Bagi dirinya sangat gampang bisa dilihat dari tatapan mata si perempuan dan juga cara berpakaian. Saat Sripo mencoba bertanya apakah diantara ABG yang makan di kafe ini ada yang berstatus seperti itu, Mike dengan berbisik mengatakan bahwa remaja yang duduk di meja depan bisa “dipakai”. “Itu lihat. Matanya dari tadi menatap saya sangat dalam. Paling tidak saya memakai mereka dua kali, setelah itu tidak lagi,” tutur Mike.
1.552 PSK Data yang dihimpun Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumsel terdapat 1.552 PSK di Palembang dengan 14.751 pelanggan. Artinya perbandingan satu PSK berhubungan dengan sepuluh pelanggan.PKBI menyurvei PSK di 15 kecamatan. Paling banyak di Sukarami, yaitu 275 orang. Sementara pelanggan terbanyak dari Kertapati 3.317 orang. Para PSK tersebar di jalanan, panti pijat, kafe, wisma, dan hotel.
Jumlah PSK 1.552 orang tersebut belum termasuk para PSK dari kalangan pelajar yang biasa mangkal di kawasan Plaju, Veteran, dan Sudirman. Bebarap ada yang mencari pelanggan di mal dan kafe.Survei PKBI Sumsel terhadap prilaku pergaulan remaja. Dari 234 rseponden, 17 orang diantaranya mengaku pernah melakukan hubungan intim sebelum nikah. Aktivitas pacaran melakukan rabaaan di daerah sesitif hingga berhubungan seks mencapai 10 persen.Order MamiSanti (18), salah seorang PSK yang sempat mengaku masih pelajar --terungkap setelah melihat KTP-nya- mengaku terjun ke dunia prostitusi karena tuntutan ekonomi. Keluarganya kurang mampu sementara kebutuhan untuk baju bagus, pulsa, ongkos nongkrong dan traktir teman cukup besar.
“Kalau tidak punya uang, susah bergaul dengan teman,” katanya.Sripo bertemu Santi atas rekomendasi sumber yang pernah menggunakan jasanya. Wanita berambut ikal panjang ini mengaku sebagai pelajar agar dapat menetapkan tarif tinggi. Santi menutup sejumlah informasi, seperti siapa maminya dan kapan pertama kali dia melakukannya. Dia mengaku tidak terlalu sering melayani pelanggan. Rata-rata dua kali seminggu setelah uangnya habis memenuhi kebutuhan. “Ada order dari mami, tapi juga langganan bisa telepon langsung,” katanya.
Pengguna PSK muda di kota ini sebagian besar para pelaku bisnis dan kalangan berduit yang ingin mendapatkan sensasi lain. Bukan hanya itu, wanita-wanita juga digunakan untuk memperlancar bisnisnya dengan menjamu konsumen atau relasi bisnis.
Mike kaget ketika ditanya apa yang dia peroleh dari hubungan dengan anak-anak dibawah umur itu. Sembari mengisap rokok filter, dia mengaku hanya untuk mencari sensasi yang tidak diperoleh saat berhubungan dengan istrinya.
Seks JalananKehidupan malam dengan segala aktivitasnya di Kota Palembang tidak jauh beda dengan kota metropolitan lain seperti Medan, Surabaya, dan Bandung. Salah satu lokasi mangkal pekerja seks jalanan di seputaran Mesuem Tekstil Jl Wahidin.
Terdapat perubahan generasi PSK di kawasan ini. Sebelumnya rata-rata berusia di atas 25 tahun, sekarang didominasi perempuan berumur antara 18-22 tahun. Tarif yang mereka kisaran Rp 80 ribu short time. Hubungan dilakukan di rumah susun blok 41 dan 46, tempat PSK itu menetap.
Mereka datang pukul 20.00 diantar teman pria pakai motor lalu berdiri di pinggir jalan yang remang-remang. Dandanan tidak terlalu menor, tapi mengenakan pakaian seksi berupa baju dan rok pendek.Pelanggan bisa nego langsung atau melalui perantara. Ada seorang banci bernama Dedek (25) yang menjadi perantara dengan imbalan Rp 10 ribu. Tugasnya merekomendasikan PSK yang disebutnya tidak banyak tingkah dan enak diajak bicara. (sep/ahf)