Enam Jam Operasi Rafa-Rafi Pisah
PALEMBANG, SRIPO — Tim dokter RSMH--dibantu tiga dokter dari RS dr Soetomo Surabaya--yang tergabung dalam Tim Penyelamatan Bayi Kembar Siam Dempet Perut (ompalophagus) patut diacungi jempol. Setelah melakukan operasi terhadap bayi kembar siam, Kamis (9/7), selama enam jam (12.30-18.30), kedua bayi berhasil dipisah.
Kini kedua bayi bernama Rafa dan Rafi kondisinya cukup sehat dan tengah menjalani pemulihan dalam ruangan Neonatus Intensive Care Unit (NICU). Diperkirakan Rafa dan Rafi akan berada di NICU selama empat hari setelah melewati masa kritis.
Operasi yang pertama dilakukan di RSMH itu semula diprediksi akan berlangsung selama 10 jam karena diagnosa awal, bayi tidak hanya mengalami penyatuan hati (liver) tetapi juga pertumbuhan usus yang tidak normal ditambah penyumbatan di usus halus sehingga terjadi pembengkakan yang menyebabkan organ usus keluar dari pusar.
Namun prediksi itu salah, setelah dilakukan pemotongan usus yang keluar dan sudah membusuk itu, dokter bedah anak dr Sindu Saksono, SpBA (RSMH Palembang) dan dr Poerwadi SpB, SpBA (RS dr Soetomo Surabaya), ternyata usus kedua bayi tidak manyatu. Dengan fakta itu, tindakan operasi pemisahan kedua bayi diputuskan untuk dilakukan pembelahan setelah hati bayi yang menyatu ukuran 3x6 Cm dibagi dua.
Ketegangan di ruang operasi sangat terasa, manakala tim dokter harus menyesuaikan suhu di ruang tindakan yang bertemperatur 25 derajat selcius. “Kalau orang dewasa, ruang operasi harus dingin karena dokter yang melakukan tindakan tidak boleh berkeringat. Tapi pasien kali ini bayi yang usia 10 hari, maka suhu ruangan tidak boleh dingin dan harus hangat,” kata Direktur Medis dan Keperawatan RSMH Palembang dr HM Yamin Alsof SpB (K) Onk yang memandu jalannya operasi dari ruang monitor. “Kalau terlalu dingin, bayi akan mengalami hipotermia. Dan itu membahayakan,” katanya.
Operasi pemisahan berhasil dilakukan pukul 15.52. Begitu bayi kembar siam berhasil dipisah tim dokter I, tim dokter II langsung menyambut Rafa (bayi kode merah karena kritis) dengan memindahkan ke ruang operasi lain. Sedangkan Rafi (kode hijau/aman) langsung ditangani tim dokter I, dimana keduanya harus menjalani operasi penyambungan usus oleh dua dokter ahli RSMH yang dilakukan Dr dr HM Alsen Arlan SpB-KBD dan dr Saruf Singh SpB. Setelah dilakukan penyambungan usus dan rekonstruksi hati yang terpotong dengan gunting yang sengaja dipinjam dari Jakarta dan Surabaya senilai Rp 1 miliar ini, perut kedua bayi yang terbuka lebar dan mengangga ini ditutup dengan prolinmes (jaringan mirip kawat nyamuk) ditanam sebagai kerangka pertumbuhan sel dan jaringan kulit perut. Tentu saja, penutupan ini terus dipantau dokter ahli bedah plastik dr Mgs Roni Saleh SpBP.
Jamkesmas-Jamsoskes
Pada waktu praoperasi, pernapasan bayi tidak stabil dengan 60 kali tarikan pernapasan per menit sedangkan pasca operasi ritme pernapasan 17 kali/menit karena dibantu dengan alat pernapasan yang sengaja diberi RSMH Palembang. “Pernapasan dan kasipasitas udara di dalam pembuluh darah bayi 100 persen normal,” katanya.
Operasi pemisahan dengan kasus langka ini, menarik minat kalangan dokter, karyawan bahkan pers. Tidah hanya itu, keluarga besar bayi dari Kabupaten Muaraenim dan Palembang juga hadir menyaksikan melalui layar monitor, termasuk Edi (36), ayah bayi kembar siam.
Edi yang semula sudah mempersiapkan mental jauh hari dan sempat berdoa, ternyata meninggalkan ruangan dan memilih menunggu di luar saat bayi akan dibelah dengan pisau laser. “Saya tidak kuat dan tidak tega melihat anakku,” kata Edi yang tertunduk haru dengan mata berlinang.
Saat ditanya istrinya, Apriyanti, Edi mengatakan, “Ibunya baru keluar dari rumah sakit di Muaraenim. Ia hanya berpesan untuk selalu bertawakal dan berdoa untuk keselamatan si kembar.” Baik Edi maupun keluarga lainnya mengaku tidak tega melihat anak, keponakan dan cucu mereka dioperasi.
Setelah operasi selesai dijalankan sukses, baru mereka masuk ke ruangan dan mendapat ucapan selamat dari banyak orang yang menyaksikan proses operasi melalui layar monitor.
Lantas bagaimana dengan biaya, ternyata Edi tidak pusing lagi karena operasi dengan biaya puluhan bahkan ratusan juta ini ditanggung Jamkesmas dan Jamsoskes. Tidak hanya itu, Bupati Muaraenim Drs Muzakir SS memberinya bantuan Rp 5 juta.
Sedangkan Gubernur Sumsel H Alex Noerdin--penggagas berobat gratis Sumsel melalui Jamsoskes--memberikan bantuan uang tunai atas nama pribadi dan keluarga. (sin)