Naga Swidak dan Naga Sari
KALAU Jaya Suprana di beberapa harian terbitan Jakarta menulis “Kelirumologi”, mengupas apa saja yang secara nasional dianggap benar ternyata keliru, itu adalah hak patennya. Kesannya saya meniru, memang, dalam kehidupan ini kita tidak lepas dari tiru meniru, dan sepanjang yang ditiru itu tidak menjiplak, tidak bisa dikatakan “Plagiat”. Jaya Suprana dengan ciri dan gaya khasnya, saya juga tentu berusaha tampil beda.
Sesungguhnya di lingkungan kita, khususnya di Kota Palembang, dan umumnya Sumatera Selatan, banyak hal, nama sesuatu, tempat, lingkungan dan makanan serta lainnya, yang asal nya disebut dengan sebutan asal-asalan, asal bunyi. Atau apa yang disebut pertama kali, itulah yang jadi sebutan seterusnya, walaupun ternyata sebutan itu keliru. Kolom ini tidak bermaksud menyalahkan siapapun, tetapi bisa jadi merupakan Kritik Sosial atau Koreksi buat siapa saja yang mungkin berkewenangan meluruskannya. Melalui kolom khusus ini saya coba menggali apa-apa saja yang keliru-keliru di lingkungan kita, mari kita kaji : WARGA pasti tahu bahwa Naga Swidak itu adalah lokasi Kuburan umum (TPU), tapi mungkin tidak semua orang mengetahui apa arti naga “Swidak” itu? Biasanya makhluk naga hanya ada dalam dongeng Cina atau dalam dongeng dalam negeri maupun dari negeri lain. Lokasinya berada di Kelurahan 14 Ulu “tengah”. Saya sebut “tengah” karena memang posisinya berada di tengah-tengah antara kampung 14 Ulu laut dan kampung 14 Ulu darat. Sebenarnya lokasi kuburan umum itu dibelah oleh jalan yang menghubungkan antara “jalan laut dan jalan darat”, jalan itu bernama “TELAGA SWIDAK”. Nah, entah sejak kapan adanya sebutan Naga Swidak. Sebutan itu sudah cukup lama akrab di lidah warga kota Palembang dan sekitarnya. Kalau Naga semua orang pasti tahu, yakni makhluk sejenis ular yang konon adanya dalam dongeng.Sedangkan Swidak berasal dari bahasa Jawa yang artinya “Enam puluh”. Nah bagaimana pula ceritanya sehingga di Palembang ada 60 ekor Naga?. Tetapi jika kita kaji makna kata “Telaga” kitapun mengerti, bahwa mungkin di sana pernah ada Telaga atau genangan air yang lebar dan dalam. Atau mungkin di sana dahulunya adalah rawa-rawa yang membentuk genangan seperti telaga yang jumlahnya sekitar 60 (enam puluh) lobang. Barangkali alasan ini lebih masuk akal dibanding kita mencari tahu tentang 60 ekor naga. Lain lagi dengan sebutan Naga Sari. Naga sari adalah nama sejenis makanan yang terbuat dari tepung beras, dibungkus daun pisang, kemudian sebelum dimasak (dikukus) diisi seiris pisang, rasanya enak, empuk dan manis. Nah, adakah bahan dan bentuknya seperti Naga, atau rasanya seperti naga? Ini yang belum sempat saya teliti sejarahnya, apa sebab kue itu diberi nama “Naga Sari” Tapi kalau disuguhi untuk dimakan, saya pasti tidak menolak. Harap dimaklumi jikalau apa yang saya ungkapkan di sini ada yang keliru, wajar saya manusia biasa yang tidak lepas dari salah dan keliru, boleh kok Anda memperbaiki keliru-keliruku itu.*