Berita Palembang
Libatkan Berbagai Pihak, Para Pengusaha Sawit Ini Antisipasi Karhutbunla di Sumsel
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Cabang Sumsel menggelar seminar Kesiapan Perusahaan Menghadapi Kemarau Tahun 2019.
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Tarso
Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz
SRIPOKU.COM, PALEMBANG --- Menyongsong persiapan memasuki musim kemarau 2019 dan dalam upaya pencegahan karhutbunlah, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Cabang Sumsel menggelar seminar Kesiapan Perusahaan Anggota GAPKI Sumsel Menghadapi Kemarau Tahun 2019, di Ballroom Hotel Grand Zuri, Jl. Rajawali Palembang, Kamis (14/2/2019).
Seminar mengundang empat narasumber yaitu dari Polda, Korem, Balai PPI & Karhutla dan BMKG serta moderator dari BPBD Sumsel bertuntuk memberikan pemahaman dan Informasl terklnl mengenai hal-hal yang berhubungan dengan antisipasi dan pencegahan kebakaran lahan bagi perusahaan kelapa sawit, khususnya anggota GAPKI Sumsel.
Selain mengundang manajemen perusahaan anggota GAPKI Sumsel, juga menghadirkan para peserta Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Kebakaran Lahan dan Kebun Anggota GAPKI Sumsel Angkatan I-VII dan komandan regu masing-maslng perusahaan, serta beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang belum menjadi anggota GAPKl Sumsel.
Ketua Pengurus GAPKI Sumsel Harry Hartanto didampingi Sekretaris Robertus Suryantopo mengatakan kebakaran hutan kebun dan lahan (Karhutbunla) kerap terjadi saat musim kemarau datang.
Sumsel sebagai provinsi yang masih dihantui kebakaran hutan dan lahan perlu melakukan banyak persiapan menghadapi musim kemarau mendatang.
Untuk itu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) terus berkomitmen menjadikan Provinsi Sumsel sebagai percontohan dalam pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Menurutnya, salah satu upaya menjadikan Provinsi Sumsel tetap menjadi percontohan dalam menangani Karhutla dengan mempersiapkan diri sedini mungkin sebelum masuk musim kemarau.
"GAPKI mengajak anggota yang tergabung agar mempersiapkan diri dari sekarang sebelum masuk musim kemarau. Tujuannya agar penjegahan Karhutlah bisa dilakukan dengan baik,” ungkapnya.
• Puskesmas Tebingtinggi Empatlawang Gelar Sosialisasi Deteksi Dini Penyakit Kanker Serviks
• Harga Tiket Garuda Indonesia Turun Rp 200 Ribu Untuk Semua Rute Penerbangan
• Letto Cs Sembilan Bandar Narkoba yang Divonis hukuman Mati, Harap-harap Cemas Tunggu Putusan Banding
Dijelaskan Harry, GAPKI mendukung penuh pemerintah dalam melakukan pencegahan Karhutla di Provinsi Sumsel. Pencegahan masih menjadi opsi utama yang dinilai lebih baik ketimbang melakukan pemadaman.
"Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak. Kita ingin pengusaha sawit yang tergabung di GAPKI sudah siap sebelum waktunya,” ujarnya.
Sementara itu, dalam materi seminarnya Kepala Stasiun Klimatologi Kenten, Palembang, Nuga Putranjito mengatakan, jika merujuk pada data sejak 30 tahun lalu, prakiraan musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga September 2019. Puncaknya musim kemarau sendiri diperkirakan terjadi pada Agustus, September dan Oktober.
"Normalnya dari data yang kita miliki biasanya kemarau terjadi pada Juni hingga September. Namun rilis resminya baru akan keluar pada Maret atau April mendatang,” kata Nuga.
Dijelaskannya, Sumsel sendiri memiliki beberapa daerah yang rawan terbakar seperti Ogan Ilir, Ogan Kemering Ilir (OKI), Banyuiasin dan Musi Banyasin (Muba). Beberapa daerah ini diklaim rawan sekali terbakar dan harus diwaspadai selama musim kemarau.
"Ada beberapa daerah jika tidak turun hujan 25-30 hari saja akan terbakar,” pungkasnya.