Uji Coba Bom Hidrogen, Ledakan Bom Korea Utara Guncang Sumatera

Uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara, Minggu (3/9) mengguncang kawasan Sumatera. Ledakan kuat menimbulkan gempa berkekuatan 6,2 Skala Rich

Editor: Bedjo
Bom Hidrogen
BOM HIDROGEN - Pemimpin Korut Kim Un memperhatikan dengan seksama prototipe bom hidrogen yang sukses diujicobakan, Minggu (3/9/2017). (AFP) 

SRIPOKU.COM - PALEMBANG - Uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara, Minggu (3/9) mengguncang kawasan Sumatera. Ledakan kuat menimbulkan gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter itu, terasa getarannya hingga Sumatera Barat.

Berita Lainnya:
Rudal Korea Utara Melintasi Jepang, Tempuh Jarak 1700 Mil, Ini Perintah Jepang untuk Rakyatnya

Meski demikian, getaran akibat uji coba bom hidrogen Korea Utara tidak tercatat di alat pencatat gempa Sumsel. Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel, Dara mengkonfirmasi aktivitas seismik akibat dari sebuah ledakan besar tak mempengaruhi wilayah Sumsel.

"Sejauh ini belum ada konfirmasi dri Pusat Gempa Nasional di BMKG yg menjelaskn dampaknya hingga ke Sumsel. Dengan kata lain, tidak berdampak terhadap wilayah Sumsel, " katanya, Minggu (3/9) malam.

Minggu 3 September 2017 pukul 10.30 WIB, jejaring gempa bumi BMKG mencatat aktivitas seismik yang tak lazim. Sebanyak 166 sensor seismik yang digunakan BMKG dalam menganalisis parameter kegempaan menunjukkan adanya sebuah "pusat gempa" dengan kekuatan M=6,2 terletak pada koordinat 41,29 LU dan 128,94 dengan kedalaman 1 km tepatnya di wilayah Negara Korea Utara.

Tidak hanya BMKG, sejumlah lembaga pemantau gempa bumi dunia lainnya, seperti Amerika Serikat (USGS), Jerman (GFZ), dan Eropa (EMSC) juga mencatat aktivitas seismik yang tak lazim ini yang juga berpusat di Korea utara.

Hasil perhitungan USGS menunjukkan kekuatan mencapai M=6,3 sementara GFZ M=6,0 dan EMSC M=5,9. Berdasarkan karakteristik rekaman seismogramnya diketahui bahwa gelombang seismik yang terekam diperkirakan bersumber dari sebuah ledakan besar di kedalaman dangkal.

Ini didasarkan pada kesamaan pola dari sebagian besar rekaman gelombang seismik yang menunjukkan gerakan awal berupa kompresi. Data seismik yang terekam di BMKG menunjukkan adanya compressional source dengan amplitudo gelombang P relatif lebih besar dari gelombang S nya.

"Maka cukup beralasan jika kita meyakini bahwa telah terjadi sebuah aktivitas ledakan besar bawah permukaan. Karena zona ini secara tektonik bukan zona sumber gempa," jelas Dara.

Peta shake map menunjukkan bahwa dampak ledakan ini menimbulkan guncangan cukup kuat hinga skala intensitas VI MMI di Kota Cho Dong, Soman, dan Nampyo Dong yang lokasinya paling dekat pusat ledakan.

"Guncangan ini diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan ringan seperti retakan pada bangunan tembok sederhana, " jelas Dara. Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Silaing Bawah, Padang Panjang, Sumatera Barat, Rahmat Triyono menyebutkan, jika sinyal pengujian bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara ternyata tertangkap alat seismograph di kantornya.

Sebelumnya, pemerintah Korea Utara memang mengakui telah melakukan uji coba bom hidrogen yang menghasilkan gempa berkekuatan 6,2 skala richter. Saking besarnya kekuatan ledakan hingga getarannya terasa hingga ke wilayah Indonesia.

"Sinyal tercatat di Seismograph pada pukul 10.38 WIB, dengan kekuatan 6,2 SR. Kekuatan ini setara dengan gempa yang terjadi pada 1 September 2017 di Mentawai," kata Rahmat Triyono, Minggu (3/9).

Indikasi ledakan bom hidrogen Korea Utara itu, lanjut Rahmat, terjadi pada pukul 10.29 WIB, yang kemudian tercacat di seismograph pukul 10.38 WIB. Pusat getaran, terpantau di wilayah Kirju, Timur Laut Korea Utara, dengan getaran kuat selama 30 detik dan perlahan berkurang hingga berdurasi empat menit.

Indikasi getaran yang diduga kuat dipicu oleh aktifitas uji coba senjata itu, tambah Rahmat, dapat dibedakan dari bentuk sinyal yang tertangkap. Jika sinyal akibat gempa maka akan terlihat adanya gelombang sekunder. Sementara, sinyal bom hidrogen tidak muncul gelombang sekundernya.

"Untuk hasil analisa otomatis BMKG Padang Panjang terpantau kedalaman sekitar 10 km, nanti kita akan coba analisa manual dulu untuk hasil yang sebenarnya," kata Rahmat. (cr18)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved