Kisah Asal Mula Desa Ujung Alih Empatlawang. Dari Perahu yang Jadi Batu Hingga Si Pahit Lidah
Batu berukuran besar dan tinggi itu bagian atasnya datar dan sepintas masih menyerupai perahu walaupun sudah tidak utuh seperti perahu pada umumnya
Laporan wartawan Sriwijaya Post, Awijaya
SRIPOKU.COM, EMPATLAWANG - Di Desa Ujungalih Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Empatlawang Provinsi Sumatera Selatan terdapat sebuah batu berukuran besar yang bentuknya menyerupai sebuah perahu.
Menurut cerita warga setempat perahu tersebut terdampar di pinggir Sungai Musi diyakini warga setempat dulunya perahu nenek moyang warga Ujung Alih.
Lokasi batu yang disebut warga dengan "batu jung" ini berada di seberang desa.
Ukurannya lebih lima kali ukuran perahu getek.
Untuk menuju ke lokasi cukup mudah, hanya melewati jembatan gantung.
Batu berukuran besar dan tinggi itu bagian atasnya datar dan sepintas masih menyerupai perahu walaupun sudah tidak utuh seperti perahu pada umumnya lagi.
Namun sayang walau menyimpan sejarah desa, lokasi ini nampak tidak terawat karena banyak ditumbuhi semak dan rumput liar di atas batu.

Kepada Sripoku.com, H Doib (88), tokoh adat setempat, mengatakan, batu Jung, demikian warga menyebutnya adalah sebuah perahu (Jung) yang digunakan oleh nenek moyangnya bernama puyang Rio Papak.
Rio Papak adalah seorang pria sakti yang sebelumnya bermukim di hulu Sungai Musi.
Suatu ketika kesaktiannya diketahui oleh puyang Kagede sehingga ia diangkat sebagai anak.
Saat menjalani hidup sehari-hari ia seperti warga pada umumnya berkebun dan berladang.
Suatu ketika istri Puyang Rio Papak ingin sekali makan pisang emas.
Puyang Kagede sebagai orangtua angkatnya memiliki pisang emas namun sayang tidak diberi karena sudah habis dimakan.
Tersinggung karena itu, Puyang Rio Papak dan istri pergi dari desa berlayar ke Sungai Musi menggunakan perahu dengan membawa bekal seadanya.
