Jangan Lupa Saos Sambal
APABILA kita berkunjung ke suatu daerah
Penulis: admin | Editor: Bejoroy
Di antara ke tiga negara yang kami kunjungi, Paris bisa dikatakan paling mahal biaya hidupnya. Untuk air mineral saja harga paling murah pada mesin tempat penjualan minum kurang lebih 1,20 Eur sementara untuk secangkir kopi di mesin-mesin yang tersebar hampir di setiap penjuru kota harga paling murah 1.20 Eur atau setara dengan Rp 15.000.
Karena ingin menghemat waktu dan biaya, kami lebih senang dengan membeli makanan untuk dimakan sambil jalan atau dimakan di dalam bus/kereta yang memperbolehkan penumpangnya makan di dalam. Biasanya menu wajib kami sandwich isi, atau roti panini isi daging, atau pizza, atau malah kebab. Banyak sekali fastfood seperti kebab yang dijual. Padahal makanan ini asalnya dari Turki.
Rata-rata untuk satu porsi antara 7,5 sampai 8 Euro. Memang ukuran porsinya cukup besar untuk saya jadi untuk harga segitu lumayan kenyang. Jadi tidak perlu masuk ke restoran.
Ada makanan wajib lain yang harus dicicip saat sampai di Paris yakni crepes. Kudapan ini memang berasal dari Prancis. Sebetulnya rasanya hampir sama dengan crepes yang dijual di Indonesia, yang juga dengan berbagai pilihan isi.
Bedanya kalau di gerai-gerai crepes di Indonesia kita tidak akan menemukan crepes dengan isi minuman seperti Grand Marnier, sementara di Paris saya justru memilih Crepes dengan isi Grand Marnier, sekaligus untuk menghangatkan badan.
Makanan lain yang harus dicoba adalah Macarons, ini adalah juga kue manis yang terbuat dari putih telur dan gula dengan bentuk yang lucu dan warna warni sesuai dengan isinya. Salah satu Toko Macarons yang terkenal adalah La Duree, yang harga satu buahnya saja tanpa kemasan adalah 1,65 euro atau sekitar Rp.20.000. Di Indonesia sebetulnya juga sudah ada beberapa toko dan hotel yang menjual Macarons ini.
Saat di Paris kami agak takut mau beli makanan namun lain halnya ketika di Italia dan di Praha. Roma dan Venice bagi kantong kami cukup bersahabat. Kami berani makan di restoran atau kafe dengan bujet terjangkau. Misalnya saja untuk seporsi masakan pasta bisa kita dapat dengan harga 5 Euro, pizza kita bisa dapatkan dengan harga 3 Euro, yang perlu dicatat adalah porsinya besar. Yang menarik, di beberapa tempat bahkan Pizza dijual dengan sistem ditimbang.
Selain itu tentu saja kami mencoba Gelato, yaitu es krim Italia, dan sekali lagi kami mencoba rasa yang tidak umum ada di Indonesia yaitu Whiskey Gelato. Tenang saja kami tidak mabuk karena hanya mencicip. Yang harus kami coba di Italia sudah lengkap, mulai dari Gelato, Pizza, Pasta, Risotto.
Tanpa Pelayan.
Di Venice kami belajar bahwa kalau kita makan di snack bar atau kafe biasanya kita memilih sendiri makanan yang tersaji di rak display, langsung bayar dan biasakanlah untuk mengembalikan piring serta gelas kotor yang kita pakai kembali ke tempat kita pesan makanan.
Tidak ada pelayan yang membersihkan meja. Pelayan hanya berada di balik meja display makanan saja. Sementara kalau kita makan dengan gaya dilayani oleh pelayan tentu saja jangan lupa untuk menyiapkan tips untuk mereka. Di kota ini pula kami jatuh cinta pada menu sarapan pagi: Capuccino dan Brioche (sejenis Croissant kalau di Paris) isi coklat dengan total harga 2.20 euro di sebuah kafe di sebelah Gereja. Rasa kopi bercampur dengan suasana kota yang sungguh nyaman membuat sarapan kami jadi lebih nikmat.
O iya, bagi saudara-saudara kita yang beragama Islam kalau berwisata di Eropa tidak perlu khawatir karena banyak sekali rumah makan yang menyediakan masakan halal. Kalau tidak mau ambil risiko ada banyak rumah makan Turki yang menyediakan Kebab sebagai alternatif makanan. Yang menarik bagi kami, di setiap tempat yang kami kunjungi pasti ada Chinesse Food Restaurant. Bahkan di kota kecil di Cesky Krumlov, Ceko. Bagaimana mereka bisa sampai membuka bisnis di sudut-sudut kota itu kami masih bertanya-tanya.
Untuk kami berempat, kunci untuk menikmati makanan hanya satu yaitu sedia saos sambal. Semua rasa sandwich, pizza atau pasta yang kami makan kurang pas menurut kami, sehingga harus ditambahkan sambal, sementara mereka tidak punya saos sambal biasanya hanya menyediakan saos tomat ataupun mustard. Jadi jangan pernah ke Eropa tanpa saos sambal! (maria f. ririn)