Saatnya Investasi Properti

PALEMBANG, SRIPO — Krisis ekonomi global yang sedang melanda negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia membawa dampak pada cara seseorang berinvestasi. Sebagian masyarakat mulai mengalihkan investasinya ke properti (tanah, rumah atau ruko, penyewaan, Red).
Seperti yang diungkapkan Safir Senduk, pakar perencana keuangan, pada seminar “Jurus Handal Mengelola Keuangan di Saat Krisis Ekonomi” yang diadakan Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) School of Life, di Hotel Sandjaja, Sabtu (15/11). “Banyak pilihan cara berinvestasi dimasa krisis ekonomi seperti sekarang ini, jadi masyarakat tidak perlu takut untuk take action. Hanya saja terdapat beberapa alternatif investasi, salah satu yang paling dianjurkan adalah emas dan properti.”
Investasi jenis ini mulai dilirik masyarakat karena diyakini tidak merugi karena tergolong produk investasi tetap karena harga dari produknya yang tetap bahkan diyakini cenderung naik. Selain itu investasi bidang properti dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cash (tunai) dan kredit. Dimana, keduanya sama-sama menguntungkan, berbeda dengan produk yang mengalami penurunan harga seiring dengan waktu seperti kendaran bermotor yang lebih dianjurkan secara cash.
“Jadi sekali lagi jangan takut untuk berinvestasi disaat krisis seperti sekarang ini, karena keadaan krisis dapat saja terjadi kapan dan dimana saja, tidak mungkin kita menunggu terus sampai keadaan aman, karena tidak ada waktu yang pasti apakah akan berakhir atau berlanjut dalam jangka panjang,” tegas Safir lagi.
Safir selalu menganjurkan dalam perencanaan investasi seseorang, hendaknya berinvestasi secara seimbang antara produk investasi tetap (emas, properti penyewaan, tabungan berjangka, deposito, dll) dan investasi yang bertumbuh (pasar uang, surat berharga, properti jaul beli, dll) dengan maksud dalam keadaan ekonomi yang bagaimanapun keadaan keuangan seseorang senantiasa aman.
“Analoginya tombak dan tameng yaitu peralatan perang yang dipakai oleh tentara perang dalam medan pertempuran. Tombak sebagai investasi pendapatan tetap dan tameng sebagai investasi bertumbuh. Tentunya lebih aman jika memiliki kedua-duanya,” tambah Safir yang sudah menjadi public speaker sejak tahun 2000 ini.
Saat ini investasi dengan pertumbuhan cepat seperti pasar uang dan surat berharga yang diperjualbelikan, adalah bentuk investasi yang parah terkena imbas dari krisis ekonomi global karena mengalami kebangkrutan dimana-mana. “Berpikirlah untuk investasi jangka panjang, dan hindari investasi yang beresiko tinggi, tunggu sampai situasi ekonomi membaik dan memungkinkan untuk masuk kembali,” ungkap Safir saat menjawab pertanyaan peserta seminar.
Secara khusus Safir mengingatkan untuk wait and see atau tidak melakukan aksi dulu, sebagai salah satu bentuk strategi untuk meminimalisasi kerugian bagi yang sudah telanjur berinvestasi di pasar modal,” ungkap Safir saat menjawab pertanyaan peserta seminar.
Sementara itu Manajer Marketing Istana Kenten Palembang, Antonius Sutanto mengatakan masyarakat yang biasa berinvestasi seperti di pasar uang dan reksadana, mulai mengalihkan modalnya ke properti. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya permintahaan pembelian dan kredit khusus untuk perumahan golongan menengah.
“Sampai saat ini belum ada dampak yang berpengaruh terhadap dunia properti di Kota Palembang. Namun ada kekhawatiran di kalangan pebisnis properti akan kenaikan tingkat suku bunga yang akan berdampak pada kenaikan bunga kredit. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada daya beli masyarakat, karena umumnya masyarakat membeli rumah melalui kredit,” jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved