Berita Pagar Alam
Penantian 20 Tahun Jonsi Ismak, Air Mata Haru di Balik Seragam KORPRI yang Akhirnya Terpakai
Saat Walikota Pagar Alam Ludi Oliansyah ST selesai membacakan sumpah jabatan di Lapangan Villa Eks MTQ
Penulis: Wawan Septiawan | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM – Di tengah riuh tepuk tangan dan senyum bahagia 678 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang baru dilantik, ada satu sosok yang berdiri dengan bahu sedikit bergetar.
Saat Walikota Pagar Alam Ludi Oliansyah ST selesai membacakan sumpah jabatan di Lapangan Villa Eks MTQ, Kamis (18/9/2025), air mata haru tak terbendung di pipi Jonsi Ismak.
Baginya, hari itu bukan sekadar pelantikan. Hari itu adalah puncak dari penantian panjang selama dua dekade, akhir dari perjuangan sunyi seorang honorer, dan awal dari sebuah mimpi yang akhirnya terwujud, mengenakan seragam KORPRI berwarna biru yang selama ini hanya bisa ia pandangi dari jauh.
"Masih tidak percaya. Sebab saya sudah bisa memakai baju KORPRI yang merupakan baju yang sangat saya impikan selama ini," ucap Jonsi dengan suara terbata menahan haru saat dihampiri Sripoku.com.
Baju Korpri adalah seragam resmi yang digunakan oleh seluruh anggota Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI), yaitu organisasi profesi bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia.
Seragam ini sangat khas dan mudah dikenali dari motifnya yang merupakan batik khusus, sering disebut batik Korpri. Motifnya didominasi warna biru tua dengan corak emas yang membentuk pola logo Korpri.
Seragam itu lebih dari sekadar pakaian dinas. Ia adalah simbol martabat, pengakuan, dan jaminan masa depan yang ia perjuangkan dengan kesabaran luar biasa.
Perjalanan Jonsi untuk bisa mengenakannya dimulai hampir 20 tahun lalu, dari titik paling bawah dalam hierarki birokrasi.
Ia mengawali pengabdiannya sebagai seorang Tenaga Kerja Sukarela (TKS) di sekretariat Lembaga Adat Pemkot Pagar Alam.
Tanpa gaji tetap, ia bekerja dengan harapan suatu saat pengabdiannya akan dilihat.
Dari sana, ia diperbantukan di Dinas Pariwisata, hingga akhirnya menjadi honorer di Sekretariat Daerah, jantung pemerintahan Kota Pagar Alam.
Selama bertahun-tahun, Jonsi menjalani suka duka sebagai pegawai tidak tetap.
Tantangan terberat adalah menghidupi istri dan keempat anaknya dengan gaji honorer yang jauh dari kata cukup.
Namun, di tengah keterbatasan itu, ia tak pernah memadamkan api harapannya.
"Saya tetap optimis karena suatu saat saya yakin pasti akan menerima penghargaan dengan diangkat menjadi pegawai negeri, walaupun hanya berstatus pegawai kontrak," kenangnya.
Harapan itu sempat membuncah saat ia terdaftar sebagai honorer Kategori 2 (K2), sebuah status yang kala itu digadang-gadang menjadi jalur emas menuju pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Namun, nasib berkata lain. Saat rekan-rekannya sesama K2 diangkat menjadi ASN, nama Jonsi tidak termasuk di dalamnya. Sebuah kekecewaan pahit yang bisa saja mematahkan semangatnya.
Tapi Jonsi tidak menyerah. Ia terus berdoa dan bekerja.
Hingga akhirnya, kesempatan itu datang melalui jalur seleksi PPPK. Ia mengikuti setiap tahapannya dengan sisa-sisa harapan yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun. Dan hari ini, semua penantian, kesabaran, dan doa-doanya terbayar lunas.
"Ini merupakan jawaban dari doa saya selama ini. Meskipun tidak diangkat jadi ASN saat masih berstatus honorer K2, namun hari ini akhirnya saya tetap bisa memakai baju KORPRI sebagai pegawai PPPK Pemkot Pagar Alam," tuturnya, matanya kembali berkaca-kaca.
Di hari pelantikannya, Jonsi Ismak tidak hanya menerima SK pengangkatan. Ia menerima buah dari kesetiaan dan pengabdiannya yang tak lekang oleh waktu.
Kisahnya menjadi cerminan dari ribuan honorer lain di seluruh Indonesia yang terus berjuang dalam diam, memimpikan hari di mana pengabdian mereka diakui secara layak oleh negara.
"Alhamdulillah, kesabaran saya selama ini terbayar. Saya ucapkan terima kasih kepada Pemkot Pagar Alam dan Bapak Walikota. Kami semua berjanji akan bekerja sebaik-baiknya," pungkasnya dengan senyum yang akhirnya bisa mengalahkan air mata harunya.
MAHASISWA Ini Dikira Polisi Pecandu, Ternyata Pengedar Narkoba yang Paling Dicari di Pagar Alam |
![]() |
---|
2 Pria Ini Merasa 'Kebal Hukum' di Kota Pagar Alam, Santai Jual Narkoba di Kafe Jalan Gunung Dempo |
![]() |
---|
Warga Pagar Alam yang Terlanjur Konsumsi Daging Kucing iminta Periksa Kesehatan |
![]() |
---|
Air Sungai di Objek Wisata di Pagar Alam Tiba-tiba Besar, Pengunjung Jadi Takut |
![]() |
---|
Nyaris Sentuh Harga Rp70 Ribu Per Kilogram, Harga Kopi di Pagar Alam Kembali Turun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.