Berita Pendidikan

Tasya Dinda Putri Raih Prestasi di WPS Fair 2025 dengan Karya Bertema Tradisi Kuliner di Era Digital

Tasya menggambarkan perjuangan para pedagang yang kini memanfaatkan media sosial

Dok. Tingkis Qurrata Hayun, Universitas Sriwijaya
TRADISI KULINER - Di era serba digital, menjaga tradisi tetap hidup bukan hal mudah — tapi Tasya Dinda Putri berhasil membuktikannya. Mahasiswi ini sukses meraih Juara 3 Lomba News Writer WPS Fair 2025 berkat tulisannya tentang pedagang pempek tumpah di Palembang yang tetap mempertahankan cita rasa tradisional sambil memanfaatkan media sosial. Prestasi ini jadi bukti bahwa generasi muda bisa melestarikan budaya melalui karya jurnalistik yang relevan dan bermakna. 

(Ditulis oleh : Tingkis Qurrata Hayun, Semester 3, Ilmu Hukum, Universitas Sriwijaya)

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Di tengah derasnya kemajuan teknologi yang mengubah cara masyarakat berinteraksi dan berbudaya, semangat menjaga tradisi ternyata masih hidup di tangan generasi muda.

Salah satunya datang dari Tasya Dinda Putri, mahasiswi berbakat yang berhasil meraih Juara 3 dalam Lomba News Writer WPS Fair 2025, sebuah ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Warta Politeknik Sriwijaya (Ukm Wps) 

Lomba yang mengusung tema “Tradisi Masyarakat Indonesia di Era Digital” ini menjadi wadah bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di indonesia untuk menunjukkan kemampuan menulis berita yang berkualitas dan bermakna.

Pendaftaran dibuka sejak 1 Agustus hingga 11 Oktober 2025, dan ditutup dengan pengumuman pemenang pada 24 Oktober 2025 di Gedung Graha Polsri, yang dipenuhi sorak semangat dan antusiasme peserta.

Dalam karyanya berjudul “Pedagang Pempek Tumpah, Bukti Tradisi Kuliner yang Tak Kalah di Era Globalisasi”, Tasya mengangkat kisah nyata tentang bagaimana pedagang pempek di Palembang tetap mempertahankan cita rasa dan keaslian kuliner khas daerah, sembari beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital.

Melalui penelusuran yang mendalam, Tasya menggambarkan perjuangan para pedagang yang kini memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk mempromosikan dagangannya.

Ia menulis dengan gaya yang hangat dan menggugah, menunjukkan bahwa pempek bukan hanya sekadar makanan khas, tetapi juga simbol keteguhan tradisi masyarakat Palembang yang tidak lekang oleh waktu.

“Dulu pempek hanya dikenal lewat warung dan pasar, tapi sekarang banyak pedagang yang memanfaatkan platform digital untuk memperkenalkannya lebih luas."

"Ini bukti bahwa tradisi bisa berjalan seiring dengan kemajuan zaman,” ujar Tasya saat diwawancarai seusai acara penganugerahan.

TRADISI KULINER - Tradisi bisa tetap bersinar meski zaman berubah. Hal itu ditunjukkan Tasya Dinda Putri, yang meraih Juara 3 News Writer WPS Fair 2025 berkat karyanya tentang pedagang pempek tumpah Palembang. Dalam tulisannya, ia menggambarkan bagaimana kuliner khas ini terus bertahan dan berkembang lewat adaptasi digital seperti Instagram dan TikTok. Keren, ya — budaya lokal tetap hidup di tangan anak muda yang kreatif.
TRADISI KULINER - Tradisi bisa tetap bersinar meski zaman berubah. Hal itu ditunjukkan Tasya Dinda Putri, yang meraih Juara 3 News Writer WPS Fair 2025 berkat karyanya tentang pedagang pempek tumpah Palembang. Dalam tulisannya, ia menggambarkan bagaimana kuliner khas ini terus bertahan dan berkembang lewat adaptasi digital seperti Instagram dan TikTok. Keren, ya — budaya lokal tetap hidup di tangan anak muda yang kreatif. (Dok. Tingkis Qurrata Hayun, Universitas Sriwijaya)

Tasya juga mengungkapkan bahwa ide tulisannya muncul dari kesehariannya melihat para pedagang kecil yang tetap semangat menjaga cita rasa lokal di tengah persaingan industri makanan modern.

“Saya ingin menunjukkan bahwa nilai budaya bisa tetap hidup, bahkan semakin kuat, jika kita mau beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan budaya dan tradisi,” tambahnya.

Pihak panitia lomba menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh peserta, terutama kepada para pemenang yang mampu menggabungkan kekuatan riset, kreativitas, dan pesan budaya dalam tulisan mereka. 

Keberhasilan Tasya bukan hanya soal prestasi menulis, tetapi juga menjadi simbolis bagi mahasiswa lain untuk tetap peduli pada nilai-nilai budaya di tengah modernisasi.

Dengan semangat muda dan kepiawaian menulis, ia berhasil menunjukkan bahwa karya jurnalistik dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.

Melalui karya dan prestasinya, Tasya Dinda Putri telah membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu menjadi agen pelestari tradisi dengan cara yang modern dan bermakna.

Pempek tumpah mungkin sederhana, tapi menurut Tasya, ia menjadi transformasi budaya terhadap arus globalisasi.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved