Dosen Tewas di Kamar Hotel

Aktivitas Berat Apa yang Dilakukan Dosen D Hingga Jantung Sobek? Kerabat : Apalagi Tanpa Busana

Berdasarkan hasil autopsi, dosen yang ditemukan tewas di hotel sempat melakukan aktivitas berlebihan. Hal ini disoroti keluarga.

Editor: Refly Permana
Polda Jateng via Tribunjateng.com dan Facebook
LANGGAR KODE ETIK - Bidpropam menahan AKBP Basuki di ruang tahanan khusus di rumah tahanan Polda Jateng, Kota Semarang, Rabu (19/11/2025) petang (kiri). Potret dosen muda Untag inisial DLL semasa hidup (kanan). Kini proses penahanan dilakukan selepas AKBP Basuki terbukti melanggar kode etik berupa tinggal seatap bersama perempuan tanpa ikatan perkawinan yang sah. 

Ringkasan Berita:
  • Curhatan kerabat dari dosen perempuan yang ditemukan tewas di kamar hotel kawasan Semarang.
  • Keluarga dan kerabat mencurigai kegiatan berat apa yang dilakukan korban sehingga jantungnya robek.
  • Penjelasan AKBP Basuki setelah dicurigai sebagai sosok yang punya kaitan dengan kematian dosen Untag.

 

SRIPOKU.COM - Dugaan penyebab kematian Dwinanda Linchia Levi (35) menurut Polda Jateng adalah penyakit.

Namun, berdasarkan hasil autopsi, kerabat merasakan ada yang janggal.

Andaikata memang karena sakit, kerabat merasa ada suatu hal yang menjadi pemicu sehingga kondisi dosen Untag Semarang itu meninggal dunia.

"Terlebih, kondisinya tanpa busana," kata TW, seorang kerabat Dwinanda, ketika dibincangi TribunJateng.com pada Rabu (19/11/2025).

TW mengaku keluarga sudah menerima hasil autopsi, tetapi baru disampaikan secara lisan dari pihak rumah sakit.

Dari situ, keluarga mendapat informasi bahwa Dwinanda sempat melakukan aktivitas beras yang menyebabkan jantungnya robek.

"Kami tidak tidak tahu aktivitas berlebihan seperti apa sampai kondisi tubuh korban tanpa busana dan jantung sobek, ini yang perlu polisi usut tuntas," ujar TW.

TW mewakili keluarga menilai polisi perlu melakukan penyelidikan soal keberadaan polisi berpangkat AKBP (kabar terbaru sudah dipatsus oleh propam, red) yang berada di lokasi kejadian bersama korban.

Ia juga mendapatkan informasi, polisi tersebut yang mengantarkan korban ke rumah sakit sebelum meninggal dunia.

"Korban ketika periksa di rumah sakit itu tensi darah tinggi, gula darah tinggi, dilarang aktivitas berlebihan. Namun, kenapa Nanda (korban) bisa melakukan aktivitas berlebihan, adanya polisi di lokasi kejadian sebelum korban meninggal perlu diselidiki," katanya.

Ia mencurigai polisi tersebut dalam kasus ini. Sebab, polisi itu juga dengan mudahnya memasukkan identitas korban ke dalam kartu keluarga (KK).

Padahal secara administrasi resmi, korban seharusnya masih satu KK dengan keluarganya di Purwokerto.

"Nanda (korban) masih tercatat sebagai warga di Purwokerto. Tapi kog bisa masuk ke KK polisi itu berarti ini ada permainan. Karena itu (identitas dobel) itu tidak boleh," terangnya.

Perwakilan Mahasiswa Untag, Antonius Fransiskus Polu mendapatkan informasi serupa soal hasil autopsi korban yang merupakan dosennya.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved