Ditangkap Sebagai Hacker Bjorka di Minahasa, Keluarga Kesal WFT Disebut Anak Yatim Piatu

SRIPOKU.COM– Keluarga WFT (22), pemuda asal Manado yang diduga sebagai sosok di balik akun hacker Bjorka, mengaku kecewa dan kesal atas penanganan awal kasus tersebut, terutama karena tidak adanya komunikasi langsung dari pihak kepolisian kepada keluarga setelah penangkapan.

WFT ditangkap pada Selasa malam, 23 September 2025, di rumah kekasihnya MGM, yang berada di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Saat ini, WFT telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rutan Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan.

Menurut pihak keluarga, mereka baru mengetahui penangkapan WFT dari keluarga sang kekasih, bukan dari kepolisian.

"Kami kesal karena tidak ada satu pun dari kepolisian yang mengabari kami. Kami tahu dari pihak pacarnya," ujar Idris Taha, paman WFT, Jumat (3/10/2025), dikutip dari Tribunmanado.co.id.

Adik WFT, Nesa Taha, sempat ikut mendatangi Polsek Kakas pada Rabu (24/9/2025) untuk mencari tahu keberadaan kakaknya, namun mereka diarahkan ke Polda Sulut, karena WFT sudah tidak ada di lokasi.

Hal ini sempat memicu kemarahan Nesa yang merasa dipinggirkan dalam proses hukum yang menyangkut keluarganya sendiri.

 Kekesalan keluarga memuncak ketika mengetahui bahwa kekasih WFT menyampaikan kepada polisi bahwa WFT adalah yatim piatu tanpa menyebutkan bahwa ia masih memiliki keluarga dekat di Manado.

"Memang dia yatim piatu, tapi masih ada adik, paman, dan bibi di Manado. Kalau disebut tak punya siapa-siapa, wajar saja polisi langsung membawanya ke Jakarta," kata Risna Taha, bibi WFT.
 
WFT selama ini tinggal bersama kekasihnya di Desa Totolan dan dikenal warga sekitar sebagai orang pendiam.

Kepada keluarga sang kekasih, WFT hanya mengaku sebagai tukang servis ponsel. Orang tua pacarnya mengaku terkejut mengetahui bahwa pria yang tinggal di rumah mereka adalah terduga hacker Bjorka yang sempat menggemparkan dunia maya Indonesia.

"Kami kaget, kami tahunya dia tukang servis HP yang baik dan sering membantu," ungkap orang tua MGM.
 
WFT diketahui merupakan mantan siswa jurusan boga di SMKN 3 Manado, namun tidak lulus sekolah.

Ia disebut sebagai pemilik akun X (dulu Twitter) @bjorkanesiaa sejak tahun 2020, yang mengunggah data hasil peretasan ke platform X dan diduga berasal dari forum gelap (dark web).

Penangkapan WFT dilakukan menyusul laporan polisi dari sebuah bank swasta nasional tertanggal 17 April 2025, setelah akun @bjorkanesiaa mengunggah tangkapan layar database nasabah bank dan mencoba melakukan pemerasan.

"Motifnya adalah pemerasan. Tapi karena tidak dituruti oleh pihak bank, maka pelaku dilaporkan," kata AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kasubdit IV Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.
 
Pihak kepolisian masih mendalami apakah WFT benar-benar merupakan sosok hacker Bjorka yang sempat viral atau hanya peniru.

"Masih dilakukan pendalaman terkait kesamaan nama dan aktivitasnya. Masyarakat tidak perlu khawatir," jelas Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi, Kabid Humas Polda Metro Jaya.
 
Atas dugaan akses ilegal dan manipulasi data pribadi, WFT dijerat dengan pasal berlapis dalam UU ITE, termasuk Pasal 30, 32, dan 35, dengan ancaman hukuman hingga 12 tahun penjara dan denda maksimal Rp12 miliar.

 Warga Sekitar Tak Mengenal Sosok WFT

Warga Desa Totolan juga mengaku tidak mengetahui identitas asli WFT karena sikapnya yang tertutup dan jarang bersosialisasi.

"Namanya saja kita tidak tahu. Dia bukan warga sini, hanya datang dan tinggal bersama pacarnya," ujar salah satu warga Totolan.