Bjorka Ditangkap di Minahasa

Tetangga Ungkap Keseharian Hacker Bjorka, Tinggal di Rumah Sederhana Tapi Punya Banyak Uang

Rumahnya pun tampak sangat sederhana, berdinding biru kusam dan berukuran hanya sekitar empat meter.

Editor: Odi Aria
KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
HADIRKAN BJORKA - Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menghadirkan WFT (22) yang diduga pemilik akun X atas nama Bjorka yang melakukan akses ilegal data nasabah salah satu bank swasta. Tetangga pun ungkap kejanggalan dengan sosok Bkorka. Meski tinggal di rumah sederhana tapi miliki banyak uang. 

SRIPOKU.COM- Sosok Wahyu Firmansyah Taha (23) alias Bjorka, hacker yang sempat menghebohkan dunia maya Indonesia, ternyata dikenal sebagai pribadi tertutup dan misterius di lingkungan tempat tinggalnya.

Pria yang ditangkap Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya pada 23 September 2025 itu diketahui pernah melakukan sejumlah aksi peretasan besar, termasuk data nasabah bank, data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), hingga data Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2020.

Untuk menghindari kejaran polisi, Wahyu sempat bersembunyi di rumah kekasihnya di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara.

Meski tinggal di sana beberapa waktu, warga menyebut ia bukan penduduk asli setempat, melainkan berasal dari Kampung Komo Dalam, Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado.

“Dia tertutup, jarang bersosialisasi. Namanya saja kami tidak tahu,” ujar seorang warga Totolan.

Sejumlah warga mengaku sering melihat Wahyu bertingkah aneh.

Diduga, ia kerap menghirup lem dan sering tidak tidur berhari-hari.

Rumahnya pun tampak sangat sederhana, berdinding biru kusam dan berukuran hanya sekitar empat meter.

“Dia tak pernah merenovasi rumah, tidur beralaskan kain di lantai,” kata seorang warga.

Meski demikian, beberapa tetangga mengaku heran karena Wahyu kadang memiliki banyak uang dan membeli makanan mahal.

“Kalau beli ayam Kentucky, bisa satu ember lebih,” tambahnya.

Polisi mengungkapkan, Wahyu merupakan anak yatim piatu dan anak tunggal yang hidup mandiri.

Ia tidak lulus SMK, namun belajar teknologi informasi secara otodidak melalui komunitas daring.

“Dia bukan ahli IT, tapi belajar sendiri lewat media sosial,” ungkap Kasubdit IV Ditres Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon.

Menurut polisi, Wahyu mulai meretas sejak 2020 dan menargetkan data nasabah bank untuk melakukan pemerasan. Kasus ini dilaporkan ke Polda Metro Jaya pada 17 April 2025.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved