Mutilasi di Mojokerto

Kisah Cinta Toksik Berujung Mutilasi, Dendam yang Terpendam di Balik Pintu Kamar Kos

Di hadapan sorotan kamera dan aparat kepolisian, Alvi Maulana (24) menundukkan kepalanya.

Editor: Yandi Triansyah
SURYA.co.id/Ahmad Zaimul Haq
PELAKU MUTILASI - Tersangka Alvi mengakui perbuatannya, membunuh dan memutilasi korban TAS (25) gadis asal Lamongan yang merupakan pacarnya dalam pers rilis yang digelar Polres Mojokerto, Senin (8/9/2025). Tersangka dengan sering diomeli korban yang temperamental dan dituntut ekonomi untuk membeli barang dan kebutuhan hidup mewah. 

SRIPOKU.COM - Di hadapan sorotan kamera dan aparat kepolisian, Alvi Maulana (24) menundukkan kepalanya. Suaranya lirih namun tegas saat mengungkap alasan di balik perbuatan kejinya.

 "Saya dendam sudah lama." Sebuah pengakuan yang menjadi puncak dari kisah asmara tragis yang berakhir dengan pembunuhan dan mutilasi sadis terhadap kekasihnya, TAS (25).

Hubungan mereka, yang dirajut sejak bangku kuliah, ternyata menyimpan bara dalam sekam.

Siapa sangka, jalinan asmara yang telah berjalan lebih dari empat tahun itu adalah sebuah bom waktu yang dipicu oleh pertengkaran sepele dan tuntutan hidup yang tak berkesudahan.

Kisah kelam ini bermula dari sebuah kamar kos di Lakarsantri, Surabaya, tempat Alvi dan TAS tinggal bersama setelah lulus kuliah dari kampus yang sama.

Alvi, lulusan Matematika, dan TAS, dari jurusan Manajemen, seharusnya merintis masa depan.

Namun, realitas berkata lain. Menurut pengakuan Alvi, hubungan mereka jauh dari kata harmonis.

"Anaknya (korban) sering temperamental soal masalah kecil," ujar Alvi.

Hubungan keduanya bisa digambarkan sebagai cinta toksik. 

Cinta toksik adalah hubungan yang tidak sehat, merusak, dan merugikan kesejahteraan emosional serta mental seseorang, sering ditandai dengan pola perilaku negatif seperti kontrol berlebihan, manipulasi, kekerasan verbal, serta hilangnya rasa hormat dan kebahagiaan.

Dalam hubungan ini, seseorang mungkin merasa terus-menerus direndahkan, tidak dihargai, atau lelah setelah berinteraksi dengan pasangannya. 

Ia menggambarkan TAS sebagai sosok yang mudah marah dan kerap bersikap semena-mena.

Tuntutan ekonomi untuk gaya hidup glamor disebut menjadi salah satu sumber pertengkaran yang tak berujung.

Alvi merasa tertekan, namun terperangkap dalam hubungan yang menurutnya sulit untuk diakhiri.

"Mau putus, tapi susah," katanya pasrah.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved