Bukan Cuma Keluhan, Ternyata Ini yang Dibahas Gibran dengan Perwakilan Ojol yang Sempat Diragukan

Cerita perwakilan ojol bertemu Gibran di Istana meliputi pengemudi ojol dari Gojek, Grab, Maxim, hingga inDrive yang sempat diragukan 

Editor: adi kurniawan
Istimewa
PERTEMUAN OJOL - Pertemuan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka dengan perwakilan ojek online (ojol) dari berbagai mitra aplikasi di Istana Wapres Jakarta pada Minggu (31/8/2025), diragukan oleh warganet. 

SRIPOKU.COM -- Pertemuan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka dengan perwakilan ojek online (ojol) dari berbagai mitra aplikasi di Istana Wapres Jakarta pada Minggu (31/8/2025), diragukan oleh warganet.

Pertemuan tersebut diunggah dalam akun Instagram Sekretariat Wakil Presiden.

Ada beberapa pemicu yang menurut warganet janggal.

Mulai dari jaket ojol yang terlihat baru, sosok individu yang mewakili mitra dari masing - masing aplikasi tampak rapi dan bersih atau jauh dari keseharian berkendara di lapangan. 

Bahkan warganet juga menyoroti salah satu perwakilan ojol yang memakai sepatu mirip Nike Air Jordan dengan harga Rp1,8–2,5 juta.

Perihal ini, Riska Amelia (29), Arief (50) dan Rahman menjadi orang pengemudi ojek online (ojol) yang diundang langsung buka suara.

Ditemui di IRTI Monas, Gambir, Jakarta Pusat, saat aksi damai Sejuta Mawar Kebaikan pengemudi ojek online, Riska berbagi cerita kepada Warta Kota.

Dia mengaku sudah menjadi ojek online sejak 2016 lalu dan sudah beberapa kali berganti perusahaan tempatnya menjadi mitra.

Saat diundang Gibran, ia baru saja membuka aplikasinya untuk menfapatkan penumpang.

"Saya posisi lagi on beat di daerah Roxy Mas, saya di call sama orang Grab dan memang enggak sembarangan diundang sih, karena memang saya juga (dilihat dari) tarikan saya, pendapatan saya, akun saya juga," kata Riska saat ditemui di lokasi, Selasa.

Saat ditanya terkait netizen yang meragukannya, dia mengaku hal tersebut sudah biasa.

Riska justru mempertanyakan mengapa netizen mempertanyakan dirinya yang merupakan pekerja lapang, tetapi bisa menjaga penampilannya.

"Memang enggak boleh ojol mukanya putih? Kan kita ojol juga harus menjaga penampilan," kata Riska.

"Dan emang kan di sana juga lighting lampunya kak. Mereka kan enggak tahu muka dari efek handphone atau gimana, makanya muka saya terlalu putih," imbuhnya.

Diakui oleh Riska, setiap hari usai menarik ojol, dia selalu merawat dirinya dengan cara menggunakan masker.

Dia juga rutin mengoleskan sunscreen untuk menjaga kelembaban kulitnya.

Sehingga, kulitnya nampak lebih bercahaya.

"Langsung ke istana habis itu (setelah diminta pihak Grab)," ungkap Riska.

Sementara itu, Arief yang disoroti oleh warganet lantaran penampilan para pengendara ojol terlihat kurang meyakinkan dengan menggunakan sepatu Air Jordan.

Dia juga mengungkap harga sepatunya.

“Untuk para netizen yang mempermasalahkan ojol pakai sepatu Air Jordan, ini… ini 200 ribu, 200 ribu. Ori nggak? Alhamdulillah, ori,” katanya, dikutip dari Tribun Jakarta.

Arief juga menjawab tudingan bahwa dia bukan ojol.

Postur Arief dianggap cukup tegap meski usianya tak lagi muda.

“Disangkain saya TNI atau polisi. Padahal saya tukang ojek. Saya ikut ke Grab sejak Desember 2018,” ujarnya sembari menunjukkan akun ojolnya.

Dia mengimbau semua pihak tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah.

"Jadi jangan pernah termakan isu bahwa setting-an kita benar-benar murni ojol," kata dia.

"Kita tetap on bid cari uang untuk keluarga. Dan kita juga ingin situasi Indonesia kembali stabil, normal. Kita mau tenang cari uang."

Arief juga bercerita jika ia juga mengajukan agar status mitra ojol bisa diketahui dan disahkannoleh negara.

Sebab selama ini, para ojol tak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

"Jadi didorong itu supaya negara mengakui lah status kemikraan kita. Bukan lagi kita mau dialihkan jadi pekerja atau karyawan atau UMKM," pungkasnya. 

Hal senada juga dikatakan Rahman Thohir menjelaskan bahwa dirinya adalah benar seorang pengemudi ojol dari Gojek.

Ia mengaku menjadi salah satu dari delapan pengemudi ojol yang mendapat kesempatan berdialog dengan Wakil Presiden. 

"Saya bergabung dengan Gojek dari tahun 2015, jadi saya memang driver asli. Saya mengenyam pendidikan adalah sarjana hukum di Universitas 17 Agustus 1945," kata Rahman Thohir kepada media, Selasa (2/9/2025). 

Selain itu di hadapan awak media, Rahman juga menilai adanya ketidakadilan dalam narasi yang berkembang di media sosial saat ini.

Menurut Rahman jangan mendeskreditkan pengemudi ojol hanya karena memiliki kemampuan untuk berbicara dengan baik di depan publik. 

"Narasi yang beredar sekarang seolah-olah kami tidak berhak menggunakan kata-kata yang sifatnya intelektual seperti eskalasi atau edukasi. Perlu diketahui bahwa pengemudi ojol ini tidak hanya terdiri dari orang-orang yang lulusan SD, SMP atau SMA, tapi ada banyak juga yang merupakan lulusan S1 dan S2," ungkap Rahman. 

Ia juga menimpali sejumlah narasi di media sosial yang menyebut bahwa pengemudi ojol yang hadir bertemu Gibran tidak mewakili komunitas ojol tertentu. 

Bahkan ada tudingan yang menyatakan mereka sebagai intel, lantaran menggunakan istilah yang lekat dengan dunia militer. 

"Mengenai penggunaan kata-kata seperti taruna, itu hal yang lumrah dalam dunia perojolan. Taruna ini menunjukkan satu anggota komunitas yang tidak punya jabatan. Jadi disebut oleh para ketua komunitas sebagai taruna, bukan karena terkait dengan kemiliteran atau institusi tertentu," jelas Rahman.

Sebelumnya Rahman menceritakan pertemuan dengan Gibran di Istana Wapres turut dihadiri para perwakilan pengemudi ojol dari Gojek, Grab, Maxim, hingga inDrive. 

Ia menyebut, Gibran merespons baik terhadap harapan yang disampaikan, khususnya dalam rangka menciptakan situasi kondusif pasca aksi demonstrasi yang terjadi.

"Alhamdulillah, (dalam) pertemuan tadi lebih banyak kita yang meminta, mengajukan aspirasi kepada Pak Wapres dan alhamdulillah kita sefrekuensi ya untuk permasalahan yang saat ini sedang terjadi," ungkapnya, dikutip dari Instagram @setwapres.ir, Selasa (2/9/2025).

Lebih lanjut, Rahman menyampaikan para pengemudi ojol mengharapkan pemerintah bergerak cepat untuk mengatasi dinamika yang terjadi di tanah air, khususnya gelombang aksi unjuk rasa di berbagai daerah.

Rahman lalu minta kepada pihak pemerintah untuk lebih cepat, untuk mengkondisikan situasi pasca-demo besar-besaran.

"Karena terus terang, dengan [adanya unjuk rasa] beberapa hari ini kami teman-teman ojek online terganggu dalam mata pencaharian. Jumlah penumpang menurun, rasa was-was. Karena mengingat eskalasi semakin meningkat," ujarnya.

Rahman dalam pernyataan juga mengimbau kepada rekan-rekannya sesama ojol di berbagai daerah agar tidak terprovokasi.

"Kami juga sudah edukasi kepada para taruna di wilayah masing-masing atau terpancing isu provokatif mengenai unjuk rasa atau demo kemarin," ucapnya.

Terakhir Rahman menilai, pada dasarnya demo sah-sah saja dilakukan, tapi disayangkan apabila berujung dengan aksi anarkis.

Ia juga meminta proses hukum ditegakkan terkait tewasnya Affan Kurniawan, sehingga korban bisa mendapatkan keadilan.

"Itulah yang bisa meredam kemarahan teman-teman ojek online," tandasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved