Berita Viral

NASIB Bripda MA Polisi Lempar Helm ke Pelajar Sampai Jatuh & Koma, Keluarga Tolak Bingkisan Kapolda

Insiden tersebut mengakibatkan Violent mengalami luka parah di kepala dan saat ini

Editor: Fadhila Rahma
TribunBanten.com/Muhammad Uqel A
POLISI LEMPAR HELM - Kabid Propam Polda Banten Kombes Pol Murwoto jelaskan hasil pemeriksaan terhadap Bripda MA yang diduga melakukan penganiayaan kepada Siswa SMK. 

SRIPOKU.COM - Bripda MA adalah anggota Tim Patroli Maung Presisi Polda Banten yang saat ini tengah menjadi sorotan setelah melempar helm ke arah seorang pelajar SMKN 2 Kota Serang bernama Violent Agara Casttilo (16).

 Insiden tersebut mengakibatkan Violent mengalami luka parah di kepala dan saat ini dalam kondisi kritis.

 Sebagai anggota personel Dit Samapta Polda Banten, Bripda MA kini sedang menjalani proses pemeriksaan internal dan ditempatkan dalam ruang khusus atau patsus guna penanganan lebih lanjut.

Kepala Bidang Propam Polda Banten Kombes Pol Murwoto menjelaskan bahwa pemeriksaan terhadap Bripda MA sedang berjalan secara transparan dan objektif, termasuk terkait pelanggaran disiplin dan kode etik.

Baca juga: Terungkap Motif Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Bukan Soal Kredit Fiktif Rp 13 Miliar

“Melakukan proses penegakan hukum secara transparan dan obyektif terhadap Bripda MA baik peraturan disiplin ataupun kode etik,” ujar Murwoto melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Selasa (26/8/2025).

 Murwoto menerangkan bahwa tindakan melempar helm tersebut dilakukan secara refleks oleh Bripda MA.

 Ia menilai kendaraan roda dua yang dikendarai korban tampak seperti akan menabraknya.

Akibatnya, personel itu melempar helm ke arah Violent yang kemudian kaget dan terjatuh dari motornya, terseret sekitar 10 meter.

“Sehingga personel tersebut melempar helm ke arah korban, lalu kaget dan terjatuh dari motornya hingga terseret sekitar 10 meter,” lanjut Murwoto.

 Kecelakaan itu menyebabkan Violent mengalami luka serius di wajah, kepala, dan kaki, terutama karena saat kejadian korban tidak mengenakan helm pelindung.

 Setelah kejadian, personel Dit Samapta segera membawa korban ke RSUD Provinsi Banten untuk perawatan intensif.

 “Setelah itu personel Ditsamapta membawa korban tersebut ke rumah sakit RSUD (Banten),” tambah Murwoto.

 Kondisi Motor dan Bukti CCTV

Menurut Murwoto, rekaman CCTV yang diperoleh memastikan tidak ada aksi pemukulan secara langsung terhadap korban.

 Meski begitu, rekaman menunjukkan anggota patroli memang menghadang kendaraan roda dua dengan cara memberhentikan dan bersiap melempar helm yang dipakai.

 Selain itu, Murwoto menyebut kondisi motor yang dikendarai korban tidak sesuai standar pabrik.

“Knalpot brong, tidak ada lampu, dan memakai ban cacing. Keadaan motor ini seperti spek drag race serta korban saat itu tidak memakai helm,” jelasnya.

 Peristiwa tragis tersebut terjadi di Jalan Palima–Pakupatan, Kota Serang, pada Minggu dini hari tanggal 24 Juli 2025.

 Hingga saat ini, kondisi Violent masih sangat kritis dan belum sadarkan diri.

Kondisi Korban: Kritis dan Belum Sadar

 Handy, paman korban, menjelaskan bahwa sejak kejadian tersebut, kondisi Violent tetap dalam keadaan koma dan mendapatkan perawatan intensif di ruang ICU RSUD Provinsi Banten.

 “Tadi pagi masih kritis belum ada respon sama sekali belum sadar masih seperti yang awal di ruang ICU,” ujar Handy kepada TribunBanten.com, Rabu (27/8/2025). “Cuma untuk luka-luka yang di luar badan sudah agak kering.”

 Handy menambahkan bahwa luka terparah berada di bagian belakang kepala yang diduga akibat pukulan helm dari petugas polisi.

 “Yang parah itu bagian kepala belakang yang kena pukul pakai helm sama orang Polda,” ungkapnya.

Penolakan Keluarga Terhadap Bingkisan Polisi

 Sejauh ini, perwakilan dari pihak kepolisian Polda Banten telah mendatangi keluarga di rumah sakit dengan membawa bingkisan sebagai bentuk perhatian.

 Namun, keluarga menolak pemberian tersebut karena khawatir dianggap sebagai bentuk kompensasi yang dapat meringankan pelaku.

 “Ada utusan dari Kapolda datang itu untuk memberikan bingkisan gak tahu kita belum buka, ditanya sama orang tua, ini bingkisan untuk apa, ada saya juga, kalau bingkisan ini untuk meringankan pelaku kita tidak bisa terima, mending diambil lagi,” jelas Handy.

 Handy juga menyebut bahwa dari awal pihak keluarga telah menanyakan langsung kepada petugas yang membawa Violent ke rumah sakit, namun tidak ada yang mengaku bahwa korban dilempar helm hingga terjatuh.

 “Berhubung gak ada yang ngaku yaudah saya konfirmasi langsung ke Mabes ada saudara.

 Kemarin suruh menghadap Paminal langsung sebelumnya kanit menjenguk malamnya sama Propam satu orang,” ujar Handy.

 Keluarga berharap agar kasus dugaan kekerasan oleh anggota polisi ini diusut tuntas.

“Harapannya sih pengen diusut sampai tuntas supaya pelaku cepat ditangani supaya cepat mengakui kesalahannya, olah TKP, biar pelaku kena sanksi efek jera yang dilakukan kepada korban sampai koma,” tegasnya.

 Kronologi Versi Keluarga

 Ayah korban, Benny Permadi, memberikan penjelasan kronologi insiden berdasarkan keterangan dari anak dan teman-temannya.

 Ia mengatakan malam itu, Minggu (24/8/2025) sekitar pukul 00.30 WIB, anaknya izin untuk pergi mengambil spare part motor di bengkel dekat lampu merah Boru.

 Sesampainya di bengkel, Violent masih sempat mengabari ayahnya.

 Setelah selesai, ia pulang bersama dua temannya menggunakan dua motor.

 Menurut Benny, saat perjalanan pulang, mereka bertemu dengan sejumlah anggota polisi yang sedang patroli.

 Polisi sempat membiarkan ketiganya melintas karena tidak menimbulkan kecurigaan.

Namun ketika mereka berbalik arah, seorang petugas menghadang dan diduga memukul Violent menggunakan helm, menyebabkan korban terjatuh dari motor dengan luka parah di kepala.

 “Dua teman anak saya yang melihat itu kemudian pergi ke rumah saya di Walantaka karena panik, mereka bilang, ‘Pak, itu anaknya dipukulin Polisi’ nah saya masih coba enteng dengan bilang ya kalian berarti yang salah ga mungkin Polisi asal-asal mukul,” kata Benny.

 Di lokasi kejadian, Violent sudah dalam kondisi tidak sadar dan mendapat bantuan dari temannya serta polisi untuk dibawa ke IGD RSUD Banten.

 Sekitar pukul 02.40, Benny tiba di rumah sakit dan melihat banyak polisi yang mengantar anaknya. Namun, sejumlah petugas menyatakan bahwa Violent mengalami kecelakaan lalu lintas dan membantah adanya pemukulan.

 “Kawan-kawan Violent coba ngebantah itu bilang (ke Polisi) ‘bapak kan ada di kejadian kan bapak lihat kan ini memang dipukul sampai akhirnya jatuh dan enggak sadarkan diri’ mereka sempat berdebat," ungkap Benny.

 "Logika saya anak-anak umuran segitu kalau mereka bohong nggak mungkin berani ngadepin orang pake seragam apalagi banyak,” lanjutnya.

 Menurut Benny, seorang polisi sempat mengakui bahwa korban tidak melaju dengan kecepatan tinggi saat mengendarai motor.

 Meski demikian, permintaan untuk menghadirkan anggota yang diduga melakukan pemukulan tetap ditolak.

“Atas dasar apa anak saya digituin? Bocah salah ditegur lah, dihukum sepantasnya lah mau push up nggak papa saya dukung,” ujar Benny.

 "Kalau dianggap membubarkan kerumunan, ya anak saya cuma dua motor terus lagi jalan juga kondisnya itu yang saya sayangkan dari pihak Kepolisian," tambahnya.

 Kini kondisi anaknya masih kritis, koma, dengan luka berat di kepala.

 “Saya cuma minta tanggungjawabnya sudah jelas diakui kawannya liat dipukul kok tidak diakui? Saya awalnya cuma minta siapa dan kenapa dilakukan seperti itu tapi ko tanggapannya anak saya laka?” pungkas Benny.

 (TribunTrends.com/ TribunSumsel.com)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved