Berita Palembang

'KAPAN KAMI ISTIRAHAT' Curhat Sopir di Palembang Siang Kerja Malam Begadang Demi Isi Solar

Kebijakan yang membatasi jam operasional penjualan solar di dalam kota ini membuat ribuan sopir truk menjerit.

Penulis: Syahrul Hidayat | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Syahrul Hidayat
NUNGGU ANTRE SOLAR --- Sejumlah sopir truk duduk di trotoar sembari menunggu antrean solar di SPBU Jalan Singadekane, Sabtu (22/11/2025). Aturan baru solar tidak dijual pada siang hari di dalam Kota Palembang dan sejumlah SPBU tidak jual solar, terpaksa mereka berburu SPBU jual solar pada siang hari di pinggiran kota. Mereka keluhkan jam istirahat tidak ada lagi. SYAHRUL HIDAYAT 

Ironisnya, sudah mengantre berjam-jam pun tidak menjamin mereka mendapatkan solar karena stok seringkali habis sebelum giliran tiba.

Padahal, jatah mereka sudah dibatasi barcode maksimal 60 liter.

Kondisi ini memaksa para sopir mengambil jalan pintas,  membeli solar eceran dengan harga jauh di atas standar, berkisar Rp8.000 hingga Rp10.000 per liter.

"Namanya beli eceran karena terpaksa. Kalau tidak dapat di SPBU, mau tak mau beli yang mahal asal mobil bisa jalan dan pulang. Kami juga was-was, semoga tidak dioplos. Harapannya mesin truk kami tetap aman," tambah Merdiansyah.

Ia berharap pemerintah mengembalikan aturan seperti semula. Menurutnya, solusi kemacetan bukan dengan membatasi titik penjualan, melainkan menyebar distribusi solar ke seluruh SPBU kota agar antrean tidak menumpuk di satu titik.

Dampak aturan ini tidak hanya dirasakan sektor logistik, tetapi juga layanan kebersihan kota.

Rofik, seorang sopir truk sampah, mengeluhkan hal serupa. Mobilitas truk sampah yang vital bagi kebersihan kota kini terhambat antrean solar.

"Kami seharian kerja angkut sampah. Selesai kerja harus isi BBM, antre kadang sampai larut malam baru dapat. Kapan lagi kami istirahat? Kalau bisa, truk sampah ini dapat prioritas," pinta Rofik.

Keluhan ini juga terlihat sopir yang antre di SPBU Jalan Singadekane. Sulaiman, sopir truk yang berdomisili di Kenten, terpaksa "mengungsi" ke Singadekane karena SPBU di wilayah Kenten baru buka layanan solar jam 10 malam.

"Kami kan dari Kenten, tapi karena aturan jam malam itu, kami lari ke sini (Singadekane) yang jual siang hari. Ini saja sudah satu jam lebih belum masuk SPBU, masih di pinggir jalan," ujar Sulaiman sambil menunjuk antrean truk yang mengular hampir satu kilometer.

Suhelan mewakili suara ribuan sopir yang merasa tersudut.

"Kami sebagai rakyat susahlah, Pak. Setelah ada aturan Gubernur itu, kami jadi kelimpungan. Beli eceran mahal dan takut kualitasnya jelek. Demi menjaga mesin awet, ya kami terpaksa antre begini. Tapi tolong dipikirkan, bentar lagi pagi kami harus kerja, kapan tidurnya?" tutupnya dengan tatapan nanar.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved