Berita Pertamina Plaju
INOVASI Sistem IMTA, Pokdakan di Sungai Gerong Berhasil Efisiensi Pakan dan Turunkan Limbah Budidaya
Dengan Inovasi Sistem IMTA, Pokdakan di Sungai Gerong Berhasil Efisiensi Pakan dan Turunkan Limbah Budidaya, Limbah Menurun Drastis
Dengan Inovasi Sistem IMTA, Pokdakan di Sungai Gerong Berhasil Efisiensi Pakan dan Turunkan Limbah Budidaya, Limbah Menurun Drastis
SRIPOKU.COM - Plaju, 20 November 2025 - Ketidakefisienan sistem pendederan ikan masih menjadi tantangan utama bagi pembudidaya di kawasan perairan Sumatera Selatan.
Sistem budidaya konvensional yang digunakan selama ini menunjukkan berbagai keterbatasan, mulai dari waktu pembesaran ikan yang lama, kebutuhan pakan yang tinggi, hingga rendahnya kualitas air yang bahkan tidak memenuhi baku mutu.
Proses budidaya yang diterapkan pembudidaya sebelumnya masih belum efektif dan efisien, karena sebagian masih mengandalkan metode tradisional dan konvensional.
Pola budidaya tersebut umumnya dilakukan dengan pendekatan tradisional (ekstensif atau semi-intensif) baik dalam hal pemeliharaan, maupun pengelolaan kualitas air dengan infrastruktur yang minim.
Walaupun metode konvensional ini relatif mudah dijalankan, namun kelemahannya adalah rendahnya produktivitas, tingginya risiko kegagalan, serta ketergantungan pada kondisi alam yang tidak selalu stabil.
Salah satu permasalahan mendasar dalam pengembangan usaha budidaya di Indonesia adalah masih dominannya pola tradisional dengan produktivitas rendah.
Menjawab persoalan tersebut, Kilang Pertamina Plaju memperkenalkan inovasi Integrated Multi-Tropic Aquaculture (IMTA) kepada pembudidaya ikan, sebuah sistem budidaya ikan berkelanjutan yang memanfaatkan pendekatan Bio-Treatment untuk mendaur ulang limbah nutrien ikan menjadi sumber daya bernilai tambah.
Inovasi ini dikembangkan untuk memberikan solusi ekologis sekaligus ekonomis bagi masyarakat pembudidaya dan akan diterapkan melalui program Belida Musi Lestari.
Konsep IMTA menekankan bahwa sisa pakan dan feses ikan dari kolam utama tidak harus dianggap sebagai limbah, tetapi dapat dimanfaatkan kembali sebagai media pemeliharaan cacing sutera.
Cacing sutera bertindak sebagai biofilter hidup yang mengkonsumsi bahan organik, sehingga air yang telah mengalami penyaringan biologis dapat dikembalikan ke kolam sebagai air resirkulasi yang lebih bersih.
Konsep IMTA sendiri diadaptasi dari skema bio-filter di Kilang Plaju pada unit Sour Water Striper (SWS) dan PET (Primary Effluent Treatment) serta SET (Secondary Effluent Treatment).
Penerapan sistem IMTA memberikan peningkatan kinerja budidaya yang signifikan. Dari sisi efektivitas waktu, pendederan ikan lele yang sebelumnya membutuhkan tiga bulan kini dapat diselesaikan dalam 2,5 bulan.
Ikan gurami yang tetap dipelihara selama lima bulan dapat meningkatkan ukuran panen dari 2,5 ons menjadi 3 ons, sedangkan ikan patin dapat mencapai ukuran 4,5 hingga 5 ons dalam periode yang sama, meningkat dari sebelumnya hanya 2,5 hingga 3 ons.
Efisiensi pakan juga mengalami perbaikan drastis, ditandai dengan turunnya Feed Conversion Ratio (FCR) dari 1,2 menjadi hanya 0,9, yang berarti kebutuhan pakan semakin hemat dan biaya produksi menurun.
| Perkuat Keandalan Operasi Kilang Bersejarah di Indonesia, Direksi Kunjungi Kilang Pertamina Plaju |
|
|---|
| Tali Asih Kilang Pertamina Plaju Peduli Yatim Dhuafa, Gelar Doa Bersama untuk Keselamatan Operasi |
|
|---|
| Hasil Uji Lemigas, Produk Kilang Pertamina Plaju Penuhi Spesifikasi Kepdirjen Migas |
|
|---|
| Tingkatkan Kapasitas Masyarakat Hadapi Karhutla, Kilang Pertamina Plaju Gelar Pelatihan di Banyuasin |
|
|---|
| Berdayakan Warga Pesisir Sembilang, Kilang Pertamina Plaju Raih Prestasi Gold di TJSL-CSR Award 2025 |
|
|---|
