Mereka didorong untuk menjadi pembelajar yang aktif dan bertanggung jawab.
Lebih dari itu, dimensi Bernalar Kritis (Penalaran Kritis) menjadi jembatan antara teori dan praktik.
Peserta didik diajak menganalisis mengapa suatu gerakan berhasil atau gagal, mendiskusikan strategi terbaik dalam permainan, dan memecahkan masalah taktis yang muncul di lapangan.
Kemitraan pembelajaran juga diperluas hingga orang tua dan ekstrakurikuler, memastikan dukungan holistik bagi peserta didik.
Lingkungan belajar dirancang untuk positif, sportif, dan inklusif, baik di lapangan fisik maupun melalui pemanfaatan sumber daya digital seperti video tutorial.
Proses pembelajaran diawali dengan pemanasan yang komprehensif, diikuti demonstrasi guru dan latihan intensif untuk setiap gerak spesifik: mengoper-menangkap, menggiring, dan menembak.
Peserta didik akan mendapatkan banyak kesempatan untuk mempraktikkan gerakan secara berulang dalam berbagai skenario.
Kemudian, keterampilan tersebut akan diuji dalam simulasi permainan modifikasi setengah lapangan, mendorong mereka untuk berpikir taktis dan berkolaborasi secara efektif.
Tahap refleksi menjadi bagian penting untuk menguatkan pemahaman.
Peserta didik akan berdiskusi dalam kelompok untuk menganalisis permainan dan kesulitan yang dihadapi, serta melakukan refleksi diri mengenai penguasaan gerak dan kontribusi mereka dalam tim.
Guru juga memberikan umpan balik konstruktif untuk memotivasi perbaikan berkelanjutan.
Kegiatan ditutup dengan pendinginan dan pesan moral tentang pentingnya olahraga untuk kesehatan dan karakter.
Asesmen dalam modul ini dilakukan secara komprehensif.
Asesmen diagnostik di awa mengukur pengetahuan dasar tentang basket.
Asesmen formatif selama proses pembelajaran melibatkan observasi langsung terhadap kinerja gerak dan partisipasi aktif, serta pertanyaan uraian yang menguji pemahaman konsep dan kemampuan analisis.
Terakhir, asesmen sumati di akhir berupa tes praktik dan pilihan ganda untuk mengevaluasi penguasaan keseluruhan keterampilan dan pemahaman taktik.