"Ini kan orang gak ngerti, warnet buka, anak-anak nongkrong 24 jam bukan pelanggaran HAM, akhirnya begini," ujar Dedi.
Dedi juga sempat terkejut mendengar cita-cita bocah tersebut yang ingin menjadi polisi.
"Mau jadi polisi tapi mencuri terus ?," ucap Dedi heran.
Dedi pun merasa miris tidak hanya ke si anak tersebut, tapi juga kondisi keluarganya.
"Kalau terus-terusan ibu bisa jatuh miskin gara-gara anak, dan ibu bisa sakit mati muda karena ibu tidak kuat lagi bayarin utang dimana-mana bekas anak," kata Dedi.
Lebih lanjut, Dedi menanyakan soal rencana ke depan bocah tersebut.
Bocah itu mengaku tidak ingin dimasukan ke barak militer, dan mengaku bersedia dimasukan ke pesantren.
"Kalau yang gini, pengalaman saya gak kuat," kata Dedi ragu.
Sebab Dedi sudah pernah membantu menangani anak-anak bermasalah dengan dikirim ke pesantren sebelumnya.
Namun anak-anak bermasalah itu justru banyak yang kabur dari pesantren.
Dedi pun menyampaikan solusi, bocah tersebut dimasukan ke barak militer kemudian nanti dimasukan ke pesantren.
Namun Dedi tetap mempersilahkan keputusannya kepada orang tua dan bocah tersebut.
Akhirnya orang tuanya memutuskan mengantar anak itu ke barak sambil ditemani beberapa hari.