Rohayati salah satu pembuat tempe di PALI, menyampaikan kekecewaannya atas pernyataan yang langsung mengaitkan tempe sebagai penyebab keracunan.
"Masalahnya bukan pada tempenya, kemungkinan besar kontaminasi terjadi dalam peroses memasaknya, bukan pada tempe mentahnya," ujarnya.
Ia meminta agar pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, tidak terburu-buru menyalahkan tempe dan berharap investigasi dilakukan secara objektif dan menyeluruh sebelum mengambil kesimpulan.
"Jangan sampai masyarakat salah paham dan para pelaku usaha tempe menjadi korban. Kontaminasi bakteri bisa saja terjadi setelah proses penggorengan, terutama dalam tahap distribusi atau penjamahan makanan yang tidak higienis," jelasnya.
Lantas apa yang dimaksud dengan bakteri Staphylococcus aureus sebagaimana yang diungkap Dinas Kesehatan kandungan bakteri Staphylococcus aureus pada tempe goreng melebihi nilai baku mutu, dimana hasilnya mencapai 45.000 CFU per gram, jauh melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes RI Nomor 02 Tahun 2023, sehingga tempe goreng yang terkontamimasi ini menjadi penyebab utama keracunan massal.
Berikut penjelasan Sripoku.com yang dilansir halaman web halodoc.com.
Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan melalui produksi enterotoksin, yang kemudian memicu gejala seperti mual, muntah, dan diare.
Keracunan makanan akibat S. aureus dapat terjadi karena kontaminasi makanan, terutama jika tidak disimpan dengan benar atau tidak dipanggang/dipanaskan dengan suhu yang cukup.
Bakteri ini sering ditemukan pada bagian kulit dan hidung manusia dan juga hewan, tetapi dapat mencemari makanan jika ada kontak langsung atau melalui tangan yang tidak bersih.
S. aureus dapat menyebar melalui tangan yang tidak bersih, makanan yang tidak disimpan dengan benar (terutama di suhu yang tidak sesuai), atau peralatan dapur yang terkontaminasi.
Bakteri S. aureus menghasilkan racun yang disebut enterotoksin saat berkembang biak dalam makanan. Racun inilah yang menyebabkan gejala keracunan makanan setelah dikonsumsi.
Tempe goreng, seperti makanan lainnya, berpotensi terkontaminasi oleh S. aureus jika tidak dibuat dengan higienis, tidak disimpan dengan benar, atau dimasak tidak sampai matang.
Gejala keracunan makanan akibat S. aureus biasanya muncul dalam beberapa jam setelah konsumsi makanan terkontaminasi, seperti mual, muntah, diare, dan perut kembung.
Jika banyak orang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi S. aureus, maka keracunan massal dapat terjadi.
Simak berita menarik lainnya di sripoku.com dengan mengklik Google News.