SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG -- Dihari ketiga dan keempat lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah, perayaan semakin meriah dengan digelarnya midang bebuke (arak-arakan pakaian adat-istiadat) yang menjadi tradisi turun-temurun masyarakat Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Terlihat ada arak-arakan puluhan pasangan pengantin yang memakai pakaian adat masing-masing kelurahan mengelilingi Sungai Komering diiringi musik tanjidur, Kamis (3/4/2025) siang.
Saat dikonfirmasi Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki mengatakan mengapresiasi atas dukungan dari masyarakat dengan tradisi midang tetap terjaga sampai sekarang.
"Tentunya tradisi ini tetap terjaga berkat dukungan masyarakat. Saya melihat selama 2 hari digelarnya kegiatan ini antusiasme dan kesadaran masyarakat yang tinggi dalam menjaga warisan leluhur masyarakat Kayuagung," ucapnya.
Muchendi mengatakan midang dan cang incang bukan hanya milik masyarakat OKI. Namun telah berkembang menjadi warisan budaya tak benda secara nasional.
"Midang merupakan jati diri dan identitas tidak hanya warga OKI. Tetapi warisan budaya nasional yang jadi perekat bangsa. Sehingga perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya," tegas dia.
Melihat kemeriahan dan semangat masyarakat mengikuti rangkaian adat midang tahun ini, Muchendi mengungkapkan kebanggaannya dan akan terus meningkatkan penyelenggaraan tahun berikutnya.
"Saya bangga melihat semangat dan antusiasme kita semua yang ada di sini. Tentunya membuktikan bahwa budaya kita masih hidup dan terus menguat,"
"Jangan pernah lelah terus menjaga keragaman dan kedamaian di OKI ini, karena tempat ini percontohan yang kuat dalam menjaga warisan para leluhur untuk kedamaian di Sumatera Selatan," sambungnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) OKI, Ahmadin Ilyas menyebut rangkaian midang bertambah meriah dengan adanya perlombaan cang incang.
"Dimana cang incang merupakan salah satu jenis sastra lisan yang melekat dengan tradisi masyarakat Kayuagung, biasanya ditampilkan dalam upacara perkawinan," ujarnya.
Menurutnya, hingga kini tradisi ini masih kelihatan fungsinya baik di dalam kalangan masyarakat yang tinggal di Kayuagung maupun yang tinggal di kecamatan lainnya.
"Harapan kami dengan adanya perlombaan Cang Incang dan Midang Morge Siwe maka akan ada generasi penerus yang akan terus melestarikan tradisi turun-temurun asli Kayuagung," kata Madin.
Dijelaskan kembali, midang bebuke, adalah arak-arakan muda mudi yang dilaksanakan setiap hari raya idul fitri tepatnya hari ke tiga dan ke empat. Tujuannya sebagai ajang perkenalkan pakaian adat, baik perkawinan maupun pakaian tradisi keseharian masyarakat suku Kayuagung secara turun temurun yang sudah ada sejak abad ke-17.
"Secara pelaksanaan, bentuk midang terbagi dua versi, midang begorok untuk sedekah baik bagian pernikahan maupun persedekahan acara hitan) merupakan syarat perkawinan mabang handa,"