Sementara, ada sekitar 1.500 orang, termasuk 830 anak-anak, masih berada di bawah reruntuhan bangunan.
"Serangan Israel telah menewaskan 57 personel medis dan melukai 100 personel lainnya," jelas Kementerian Kesehatan Gaza.
===
Dampak perang untuk dokter dan rumah sakit
Perang yang masih berlangsung antara Hamas dan Israel ternyata berdampak besar bagi para dokter dan pasien di rumah sakit.
Di tengah serangan yang dilancarkan dari Hamas maupun Israel, para dokter di J alur Gaza muai mengalami kesulitan.
Tidak jarang, para dokter terpaksa melakukan operasi pada korban tanpa menggunakan anestesi.
Anestesi merupakan tindakan yang diambil sebelum operasi dimulai untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin terjadi selama proses pembedahan dilakukan.
Kondisi ini juga menjadi "mimpi buruk" bagi para pasien di tengah bayang-bayang gempuran Israel di Jalur Gaza.
Tanpa persediaan medis yang cukup, para dokter hanya bisa bertahan dengan apa pun yang bisa mereka dapatkan.
Rumah sakit di Jalur Gaza bahkan hampir runtuh di bawah blokade Israel yang sudah memutus aliran listrik dan pengiriman makanan serta kebutuhan lainnya ke wilayah tersebut.
===
Tak ada pasokan medis
Para dokter dan staf medis dilaporkan kekurangan air bersih, kehabisan bahan-bahan dasar untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi para pasien, serta bahan bakar untuk generator mereka yang semakin menipis.
"Kami kekurangan segalanya dan kami menghadapi operasi yang sangat rumit," kata salah seorang dokter di Rumah Sakit Al Quds, Nizal Abed, dikutip dari AP News.