Seorang hamba akan memperoleh derajat tinggi atau rendah ditentukan oleh seberapa bobot kualitas ketakwaannya.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim berusaha sekuat tenaga untuk mampu mendaya gunakan fikiran dan akal kita, agar semakin pandai dan cerdas menangkap kebesaran-kebesaran Allah yang digelar di alam semesta ini.
Kemudian sampai pada titik kesadaran 'Maa kholaqta haadza bathilaan.'
Sungguh alam ini super istimewa dan yang lebih super lagi adalah Engkau yang menciptakan seluruh isi alam semesta ini serta apa saja yang Allah ciptakan satupun tidak ada yang batil ataupun sia-sia.
Inilah kualitas fikiran yang senantiasa berada dalam nuansa ketakwaan.
Demikian juga perasaan dan nurani terus kita pertajam agar setiap saat kita mampu merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita.
Sehingga setiap detak nafas dan gerak langkah yang kita lakukan tidak terlepas dari keterkaitan ketuhanan yang tunggal yakni Allah SWT.
Tentu saja pada ujungnya kita terus berusaha agar setiap tindakan kita baik dalam skala mikro (individu) maupun makro (secara kolektif) benar-benar dipandu oleh nilai-nilai Ilahiyah.
Baca juga: Alasan Penyesuaian, Kemenag Seragamkan Naskah Khutbah Jumat se-Indonesia
Sehingga menjadi sebuah tindakan-tindakan yang bermakna dan berbobot yang akan memperoleh harga yang tinggi di hadapan Allah SWT.
Sebagaimana telah diisyaratkan firman Allah dalam Surat Az Zumar ayat 10 :
قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya, "Katakanlah (Muhammad), hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan dan bumi Allah itu adalah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
Ayat ini menunjukkan tentang refleksi bahwa penyegaran, penguatan, tekad, dan komitmen kita untuk menjadi seorang yang bertakwa harus selalu hidup setiap saat dalam kondisi apapun tidak boleh hilang dari hidup kita.
Sementara kita menyaksikan ada sebagian orang yang mencoba memperdalam kualitas ketakwaan ini dengan mengutamakan seberapa kesalihan vertikal seseorang maupun kelompok untuk memiliki hubungan intensif dengan Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Tentu ini sesuatu yang amat mulia dan baik, bahkan bisa menjadi dasar, tumpuan maupun pondasi munculnya seorang yang akan menempuh jalan yang benar yakni Shirothol Mustaqim.