2. Sekalipun sudah diedukasi dan dijelaskan, tidak sedikit masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh oknum tidak bertanggungjawab untuk lebih fokus menggunakan pengobatan alternatif (mis: ramuan herbal, kapsul penyembuh berbagai penyakit, supranatural dsb) yang tidak terbukti khasiatnya secara ilmiah.
Sebagian daripada oknum menyampaikan selama menggunakan pengobatannya untuk tidak digabung dengan obat dokter, atau menakut-nakuti pasien dengan bila terus menerus minum obat akan merusak ginjal, tuli, dsbnya.
Padahal informasi tersebut sangatlah keliru.
Sebaliknya keteraturan minum obat adalah kunci utama dalam penanganan penyakit-penyakit kronis.
3. Pengobatan alternatif mem-follow-up pasien hanya dengan gejala, bukan berdasarkan parameter penyakit yang diderita.
Misal, kepala atau pundak sudah tidak terasa tegang, badan terasa ringan, dan sebagainya.
4. Parameter penyakit kronis mungkin saja tinggi, namun tidak bergejala.
Hal demikian dikarenakan tubuh yang sudah terkompensasi dan terbiasa dengan kondisi yang terus menerus tinggi.
Misal, tekanan darah 180/120 atau gula darah di atas 300 tanpa gejala sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.
5. Pasien yang penyakitnya tidak terkontrol ini akan jatuh pada komplikasi akut ataupun kronis yang pada akhirnya dapat meramaikan UGD, ruang rawatan, ruang operasi, atau bahkan ruang rawat intensif.
Lalu membebani pembiayaan pengobatan, dalam hal ini peng-klaiman BPJS.
Beberapa solusi konkret yang dapat diterapkan, diantaranya;
1. Edukasi masyarakat yang menekankan kepada pentingnya pengontrolan penyakit yang dilakukan secara komprehensif.
Hal dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat menyasar semua lapisan masyarakat (kaya-miskin, kota-pedesaan, pendidikan rendah-tinggi).
Contohnya melalui iklan di media televisi (seperti dahulu ada iklan 3D, dilihat diraba diterawang untuk uang palsu atau 3M plus untuk Demam berdarah) dan mengingat era digital saat ini, juga dapat diberikan di iklan media sosial/ youtube.