Lalu sesuai rencana tim akan diterjunkan pada lokasi padang ilalang yang berdekatan dengan perkampungan yang diduga masih dihuni oleh suku terasing pemakan manusia.
• Kisah Penggali Kubur di TPU Kamboja Palembang, Pernah tak Dibayar hingga Harus Rela Tebalkan Muka
• Dari Mualaf Hingga Menikah Kisah di Balik Hubungan Lindswell Kwok dan Achmad Hulaef
• Kisah Tukang Cuci Mobil Jadi Pengusaha Sukses hingga Punya 16 Mobil Mewah Tapi Tak Punya Rumah
Pada 2 Oktober 1969, semua tim bersama keperluan logistik diterjunkan sesuai rencana meski dengan perasaan tak karuan.
Pasalnya, mereka harus mendarat di daerah sangat terpencil yang konon didiami suku terasing yang masih suka memakan manusia.
Dengan perhitungan seperti itu maka aksi penerjunan termasuk misi nekat.
Apalagi meski bersenjata lengkap para personel RPKAD dan Kodam Cenderawasih dilarang melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat terpaksa.
Itu pun merupakan tembakan yang dilepaskan ke atas untuk tujuan menakut-nakuti. Semua tim akhirnya bisa melakukan penerjunan dengan selamat.
Tapi Lettu Sintong yang seharusnya mendarat di padang ilalang yang jauh dari perkampungan suku terasing justru mendarat di tengah kampung.
Ia langsung dikepung oleh warga yang hanya mengenakan koteka sambil mengacungkan tombak, panah, dan kapak batu.
Sadar sedang menghadapi bahaya dan masih terbayang oleh suku ganas pemakan manusia, secara reflek Sintong memindahkan posisi senapan AK-47 di bahu ke posisi di depan dada serta mengokangnya.
Tapi Sintong terkejut ketika melihat senapan AK-47-nya ternyata tanpa magazin karena terjatuh saat terjun.
Dengan kondisi senapan AK-47-nya tanpa peluru jelas sama sekali tidak berguna jika harus menghadapi warga suku terasing yang terus memandanginya secara curiga sambil mengacungkan semua senjata tradisional itu.
• Kisah 30 Prajurit Kopassus Terpaksa Pakau Ilmu Mistis Usir Ribuan Pemberontak Kongo dalam Sekejap
Tiba-tiba Sintong melihat jika magazin tempat peluru yang jatuh berada di antara warga suku dan bahkan sedang ditendang-tendang oleh seorang pemuda yang merasa bingung dengan benda asing itu.
Di luar dugaan pemuda itu mengambil magazin dan memberikannya kepada Sintong.
Sebuah pertanda bahwa warga suku itu ingin bersahabat.
Sintong akhirnya membiarkan saja ketika sejumlah warga suku menyentuhnya, lalu memeganginya, untuk memastikan bahwa ‘manusia burung’ yang jatuh dari langit itu masih hidup dan merupakan manusia seperti mereka.