Kisah Penggali Kubur di TPU Kamboja Palembang, Pernah tak Dibayar hingga Harus Rela Tebalkan Muka
Kisah Penggali Kubur di TPU Kamboja Palembang, Pernah tak Dibayar hingga Harus Rela Tebalkan Muka
Kisah Penggali Kubur di TPU Kamboja Palembang, Pernah tak Dibayar hingga Harus Rela Tebalkan Muka
Laporan wartawan Sripoku.com, Pairat
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Profesi penggali kubur sering dianggap sebelah mata oleh sebagian orang.
Pun jika ditanya sedari kecil setiap orang tak ingin bercita-cita sebagai penggali kubur. Bahkan terlintas di kepala saja pun tidak.
Namun berbeda dengan Yamin (46), salah seorang pria yang berprofesi sebagai penggali kubur di TPU Kamboja Palembang ini.
Separuh usianya dihabiskan di tanah kuburan. Persisnya sudah 35 tahun lamanya.
Konon, karena tempat tinggal tak jauh dari TPU Kamboja yakni Lorong Puding, maka masa kecil Yamin pun sering dihabiskannya bermain bersama teman-teman di kawasan kamboja tersebut.
Sehingga tempat tersebut telah menyatu dengan dirinya dan sangat jauh dari kesan seram oleh kebanyakan orang.
Saat ditemui Sripoku.com beberapa waktu lalu, Yamin ditemani putranya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar tampak termenung menunggu di pondok kayu sederhana.
Diketahui pondok kayu tersebut menjadi tempat sang istri menjajakan bunga dan segala kebutuhan orang yang akan ziarah di kawasan TPU Kamboja Palembang.
"Namanya juga tukang gali kubur, bekerjanya ya kalo ada orang yang meninggal saja. Kadang ramai kadang sepi dan pernah juga tidak ada sama sekali," ungkap Yamin kepada Sripoku.com.
• Terjerat Kasus Pembunuhan, Artis Cantik Ini Ternyata Sudah Mendekam di Penjara Selama 12 tahun
• 8 Tips Aman Berenang untuk Wanita Hamil, Nikmati Masa Kehamilan dengan Menyenangkan dan Sehat
• Baru 5 Bulan Bebas dari Penjara, Hendra Kembali Curi Motor. Ditembak Polisi, Merengek Kesakitan
• Bongkar Alasan Konyol Rina Nose Lepas Jilbab, Hotman Paris Sampai Harus Keluarkan Uang Segepok!
• Kejati Sumsel Selamatkan Rp 2,1 Miliar, Perayaan Hari Anti Korupsi di Sumsel
Ba'da Subuh Yamin sudah meninggalkan rumah, hingga jelang Maghrib barulah berkumpul kembali bersama istri dan buah hatinya.
Bagi Yamin, tak ada alasan lain memilih pekerjaan yang tergolong jarang dilakukan orang kebanyakan ini, kecuali semata-mata hanya untuk menyambung hidup bersama istri dan ketiga buah hatinya yang masih kecil.
Lebih jauh, ayah dari Bunga Agustia (15), Wisnu Kory (12) dan M Reihan Akbar (1) ini mengaku upah yang diterimanya dari menggali kubur terkadang tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari urusan perut hingga biaya sekolah sang buah hatinya.
Sehingga terkadang dia mengaku tak ada pilihan lain kecuali menebalkan muka pergi ke rumah saudara dan tetangga mencari pinjaman atau berutang.
