Dalam batin, saya kadang suka menyesal,
"Aduh, kenapa bukan pria beristri itu yang menjadi suami saya?"
***
Memasuki usia pernikahan belasan tahun, hubungan kami sebagai pasangan suami istri semakin dingin—rasanya sulit sekali untuk dapat dipertahankan.
Kami tidak pernah berhubungan suami-istri dari hati ke hati.
Saya enggan melayani dia.
Suatu kali, sebuah pertengkaran besar melanda bahtera rumah tangga kami.
Saya memarahi anak kami karena dia tidak mau membereskan mainan yang berantakan di rumah.
Saat itu suami kebetulan mendengar, dan menurut dia kata-kata saya sebagai ibu terlalu kasar.
Saya emosi, suamipun ikutan emosi.
Segala macam makian kami lontarkan.
Saya serang suami saya—saya katakan bahwa ia terlalu sibuk bekerja sampai-sampai tidak bisa mengurus anak.
Murka suami pun tidak terhindarkan lagi, dan ia melemparkan gelas kepada saya, namun tidak kena.
Di titik itulah rumah tangga kami sepertinya sudah tidak bisa dipertahankan lagi.