PENYESALAN Datang Terlambat, Kisah Tiga Hari Pertemanan Warga Sumsel Berujung Maut di Mentok Bangka
Wajah Ju (49) tertunduk dalam. Di balik masker yang menutupi sebagian wajahnya, isak tangis tak mampu ia sembunyikan.
SRIPOKU.COM – Wajah Ju (49) tertunduk dalam. Di balik masker yang menutupi sebagian wajahnya, isak tangis tak mampu ia sembunyikan.
Air mata terus membasahi pipinya, sesekali diseka dengan tangan yang kini terborgol.
Di hadapan sorotan kamera dan pertanyaan wartawan di Polres Bangka Barat, hanya satu kata yang berulang kali terucap dari bibirnya yang bergetar "Menyesal."
Penyesalan itu kini menjadi teman akrabnya. Sebuah penyesalan yang datang terlambat setelah sebilah pisau mengakhiri hidup Heri (53), pria yang baru dikenalnya tiga hari.
• TRAGEDI Handuk Berdarah di Mentok, Teriakan Minta Tolong Warga Sumsel Berakhir di Kamar Mayat
Keduanya, perantau dari Sumatera Selatan yang sama-sama mengadu nasib sebagai penambang timah di tanah Mentok, Bangka Barat.
Kisah tragis ini bermula dari sebuah kehilangan sepele sejumlah uang. Sebuah kecurigaan yang tak terbukti, yang kemudian menyulut api emosi di antara dua kepala yang sama-sama panas.
Kampung Sidorejo, Kelurahan Sungai Daeng, menjadi saksi bisu perkenalan singkat antara Ju dan Heri.
Tinggal di kontrakan yang berdekatan, interaksi di antara keduanya cepat terjalin. Sebagai sesama perantau, rasa senasib sepenanggungan semestinya merekatkan mereka. Namun, takdir berkata lain.
Seminggu sebelum insiden maut itu, Ju dan Heri sudah saling mengenal.
Menurut Kapolres Bangka Barat AKBP Pradana Aditya Nugraha, Heri sering bertandang ke kamar kontrakan Ju.
"Entah pinjam korek dan seterusnya," ujar Kapolres. Kedekatan inilah yang justru menjadi awal petaka.
Suatu hari, Ju meninggalkan kontrakannya dalam keadaan pintu tak terkunci. Sekembalinya, ia mendapati sejumlah uangnya raib dan beberapa barang tidak lagi pada tempatnya.
Benaknya langsung tertuju pada Heri, orang yang paling sering keluar-masuk kamarnya.
Kecurigaan itu ia lontarkan. Namun, Heri dengan tegas membantah. Tuduhan bertemu penyangkalan, menciptakan bara yang siap meledak kapan saja.
Sabtu malam, sekitar pukul setengah tujuh, api itu akhirnya berkobar. Cekcok mulut di depan kontrakan tak terhindarkan. Emosi yang sudah di ubun-ubun membuat keduanya gelap mata.
TRAGEDI Handuk Berdarah di Mentok, Teriakan Minta Tolong Warga Sumsel Berakhir di Kamar Mayat |
![]() |
---|
Apa Itu Remisi Dasawarsa? Bebaskan WBP Lapas Tanjung Raja di Ogan Ilir, Ini Penjelasannya |
![]() |
---|
Langsung Bebas di Hari Kemerdekaan, Ini Kisah 12 Warga Binaan Lapas Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir |
![]() |
---|
Momen Bupati Panca Wijaya Perbaiki Helm Paskibraka pada Upacara HUT RI ke-80 di Ogan Ilir |
![]() |
---|
Kebakaran Lahan di Desa Sungai Rambutan Ogan Ilir, Titik Api Meluas Diterpa Angin Kencang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.