Berita viral

Telan Dana Rp6,7 Miliar, Penyebab Film Animasi 'Merah Putih: One for All' Tuai Kontroversi Terungkap

Namun belum tayang di bisokop, film ini justru menjadi sorotan karena kualitas animasi yang dianggap kurang matang.

Editor: pairat
YouTube - Historika Film
TRAILER MERAH PUTIH - Penyebab film animasi Merah Putih One for All tuai kontroversi jelang tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025 menjelang HUT RI ke-80. - Penyebab film animasi Merah Putih One for All tuai kontroversi jelang tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025 menjelang HUT RI ke-80. 

Profil Film Animasi Merah Putih One for All dan Rumah Produksinya

Film animasi bertema nasionalisme Merah Putih One for All merupakan karya dari rumah produksi Perfiki Kreasindo.

Proyek ini disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, yang tidak hanya mengarahkan jalannya cerita, tetapi juga bertindak sebagai penulis skenarionya.

Kombinasi peran ganda ini membuat keduanya memegang kendali penuh terhadap konsep cerita hingga eksekusi visual film.

Menurut sejumlah sumber, Perfiki Kreasindo berada di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, sebuah lembaga yang memiliki visi mengembangkan industri perfilman di Indonesia, termasuk di bidang animasi. 

Sebelum menggarap Merah Putih One for All, Perfiki Kreasindo ternyata telah memproduksi beberapa film lain.

Beberapa judul yang pernah mereka rilis antara lain Basemen, Jangan Turun ke Bawah, Lantai 4, hingga Ramadhan Pertama Tanpa Ayah. 

Sayangnya, informasi mengenai struktur manajerial perusahaan ini tidak tersedia secara publik, dan situs resmi mereka tidak dapat diakses.

TribunLombok sudah mencoba untuk mengakses laman resmi mereka di https://perfiki.com/, namun situs itu hanya menampilkan tulisan "403 Forbidden Access to this resource on the server is denied!"

Sinopsis Merah Putih One For All

Merah Putih One For All menceritakan tentang sekelompok anak yang terpilih menjadi "Tim Merah Putih".

Mereka tinggal di sebuah desa dan sedang melakukan persiapan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.

Tugas mereka adalah menjaga Bendera Pusaka yang selalu dikibarkan setiap Upacara 17 Agustus.

Namun, tiga hari sebelum upacara, bendera itu hilang.

Delapan anak dari berbagai latar belakang budaya itu (Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Cina) bersatu untuk menyelamatkan bendera Merah Putih yang hilang secara misterius.

Mereka harus mengatasi perbedaan, menembus sungai, hutan, dan badai, bahkan meredam ego masing-masing, demi satu tujuan yaitu mengibarkan bendera di Hari Kemerdekaan.

Dengan keberanian, kerja sama, dan cinta Tanah Air, mereka menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah halangan, melainkan kekuatan.

Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved