Breaking News

Kilas Balik Hubungan Megawati dan Prabowo yang Kerap Berseberangan hingga Kembali Menguat

Berikut ini kilas balik hubungan antara Megawati dan Presiden Prabowo Subianto dari masa ke masa.

Editor: adi kurniawan
(Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden) via kompas.com
MUSTAHIL KOALISI - Presiden Prabowo Subianto tampak menggandeng tangan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di sela-sela momen Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2025). Berikut ini kilas balik hubungan antara Megawati dan Presiden Prabowo Subianto dari masa ke masa. 

SRIPOKU.COM -- Berikut ini kilas balik hubungan antara Ketua Umum PDI-Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Presiden Prabowo Subianto dari masa ke masa.

Hubungan antara Megawati dan Prabowo bermula saat menjadi pasangan capres-cawapres di Pilpres 2009.

Mereka berhadapan dengan duet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Namun Megawati dan Prabowo kalah suara karena mendapat 26,79 persen suara.

Hingga akhirnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan dan menetapkan pasangan SBY-Boediono sebagai capres-cawapres pemenang Pilpres 2009 pada 18 Agustus 2009.

Menjelang Pilpres 2014, hubungan Megawati dan Prabowo mulai memanas. 

Baca juga: FAKTA Perintah Megawati ke Kadernya Dukung Presiden Prabowo, Sekjen PDIP Hasto Dihadiahi Amnesti

Sebab, Megawati mengingkari janji tak mendukung Prabowo, sebaliknya, Megawati mencalonkan Jokowi sebagai Presiden pada 2014.

Hubungan keduanya tidak baik lantaran Partai Gerindra mengungkit perjanjian yang tertulis di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat.

Setelah melalui dinamika politik yang panjang, Jokowi akhirnya berduet dengan JK di Pilpres 2014 dan menjadi presiden-capres terpilih.

Bukannya mereda, hubungan Megawati dan Prabowo kian memanas.

Sebab, Megawati lagi-lagi mencalonkan Jokowi untuk melanjutkan pemerintahan dua periode.

Dalam masa-masa ini terjadi polarisasi politik hingga menyebabkan persaingan yang berkepanjangan.

Panasnya suhu politik selama masa kampanye Pilpres 2019 ini membuat kedua tokoh besar ini, Megawati-Prabowo bergejolak.

Megawati pun mengkritik orang-orang di kubu lawan karena sering membenturkan dirinya dengan Prabowo.

Dan tiba pada puncak Pemilu 2019, Prabowo yang berduet dengan Sandiaga Uno masih kalah telak dengan Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin.

Hingga akhirnya Jokowi pun resmi melanjutkan titahnya sebagai Presiden RI di Pilpres 2019.

Namun pada 24 Juli 2019 silam, Megawati dan Prabowo sepakat untuk bertemu di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Masyarakat menyebut pertemuan ini sebagai "Politik Nasi Goreng".

Sebab, Prabowo mengatakan bahwa dirinya rindu masakan Nasi Goreng yang dibuat Megawati.

Lalu Megawati menyambutnya dengan hidangan Nasi Goreng khusus.

Momen tersebut dianggap sebagai titik balik simbolik dalam hubungan Megawati dan Prabowo.

Publik menyebut pertemuan ini turut membuka jalan bagi keputusan politik selanjutnya, yaitu Prabowo menerima tawaran menjadi Menteri Pertahanan di kabinet Jokowi periode kedua (2019–2024) dengan restu dari Megawati dan PDIP.

Satu periode bersama, Prabowo lagi-lagi berseberangan dengan Megawati di Pilpres 2024.

Prabowo maju bersama anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sedangkan Megawati mengusung Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD.

Hubungan ini semakin rumit lantaran Jokowi memilih jalan berseberangan dengan ibu politiknya, Megawati.

Persaingan di Pilpres 2024 membuat hubungan Megawati dan Jokowi memburuk.

Terlebih Prabowo-Gibran berhasil memenangkan suara di Pilpres 2024.

Kini, setelah Jokowi di depak dari PDIP per April 2024, justru hubungan Megawati dengan Prabowo terlihat membaik.

Sinyal kedekatan politik mereka kembali menguat setelah beberapa kali jumpa.

Ditambah, Prabowo akhirnya memberikan amnesti kepada Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang divonis 3,5 tahun akibat terbukti melakukan suap untuk pergantian antar waktu (PAW) Harun Masiku.

Berikut kilas balik Hubungan Prabowo dan Megawati

Kedekatan antara Prabowo Subianto dan Megawati sempat mengalami pasang surut.

Hubungan “mesra” ini mulai terbangun kembali.

Berikut garis waktunya:

Sebelum 2004: Berseberangan

Prabowo merupakan bagian dari militer Orde Baru, sementara Megawati adalah oposisi.

Keduanya tidak akrab secara politik, bahkan Prabowo sempat dianggap sebagai sosok yang berada di balik penculikan aktivis pada 1998, masa Megawati berada di jalur perjuangan demokrasi.

2004–2014: Hubungan Biasa Cenderung Dingin

Prabowo mencalonkan diri sebagai capres/cawapres lawan Megawati pada pemilu.

2009: Dekat Koalisi Capres Cawapres

Megawati berpasangan dengan Prabowo sebagai capres cawapres.

Ini jadi momen kerja sama pertama secara formal, tapi setelah kalah dari SBY-Boediono, hubungan mereka tidak berlanjut secara politik.

Pasangan ini kalah telak dengan SBY-Boediono, setelah kekalahan itu, hubungan mereka dingin.

2014 dan 2019: Saling Berhadapan

Prabowo jadi rival Jokowi (yang diusung PDIP) dalam dua pilpres berturut-turut.

Hubungan dengan Megawati pun menjadi tegang, karena mereka berada di kubu yang berseberangan.

2019 ke atas: Rekonsiliasi dan Kedekatan Politik

Setelah Pilpres 2019, Prabowo menerima tawaran Jokowi (restu Megawati) untuk menjadi Menteri Pertahanan.

Sejak saat itu, hubungan Prabowo dan Megawati mencair, bahkan sering terlihat bersama dalam berbagai acara negara.

Banyak yang menilai Megawati turut "memberi restu" atas kerja sama politik PDIP dan Gerindra, meskipun di 2024 mereka mengusung capres yang berbeda.

2024: Kembali Menjadi Rival

Pada tahun ini Prabowo dan megawati berada di dua kubu yang berbeda.

Prabowo menggandeng Jokowi melawan capres pilihan Megawati, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Setelah Pilpres 2024

Setelah Prabowo memenangkan Pilpres 2024, Megawati dan PDIP tidak melakukan oposisi frontal.

Terdapat sinyal-sinyal bahwa Prabowo dan Megawati kian dekat dan saling mendukung satu-sama lain demi menjalankan sistem pemerintahan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved