Pendidikan Profesi Guru

Dalam Merumuskan Tujuan Pembelajaran, Guru Dapat Memilih Alternatif Teknik Berikut, Kecuali

Setelah memahami substansi CP, guru diharapkan mulai mendapatkan ide-ide tentang apa yang harus dipelajari oleh peserta didik

Freepik
LATIHAN PEMAHAMAN PPG - Ilustrasi belajar. Dalam Merumuskan Tujuan Pembelajaran, Guru Dapat Memilih Alternatif Teknik Berikut, Kecuali 

SRIPOKU.COM - Berikut ini jawaban latihan pemahaman dalam Menerapkan Prinsip Understanding by Design Pada Pembelajaran 2025.

Latihan Pemahaman

Setelah memahami substansi CP, guru diharapkan mulai mendapatkan ide-ide tentang apa yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam suatu fase untuk dirumuskan menjadi beberapa Tujuan Pembelajaran (TP) yang lebih operasional dan konkret. Dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP), guru dapat memilih beberapa alternatif teknik berikut, kecuali.... 

Jawaban: Merumuskan TP berdasarkan intuisi pribadi tanpa mempertimbangkan kebutuhan peserta didik 

Baca juga: Ceritakan Bagaimana Prinsip UbD Dapat Membantu Bapak/Ibu Guru Merancang Pembelajaran yang Efektif

Penjelasan;

Dalam proses merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP) berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP), guru harus menggunakan pendekatan yang sistematis, berbasis data, dan relevan dengan konteks peserta didik.

Maka, menggunakan intuisi pribadi semata tanpa mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik adalah pendekatan yang tidak tepat dan tidak profesional.

Teknik yang tepat dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran antara lain:

  1. Menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) pada fase tertentu.
  2. Memetakan kompetensi esensial berdasarkan CP.
  3. Menggunakan Profil Pelajar Pancasila sebagai arah.
  4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, baik dari hasil asesmen awal maupun observasi kelas.
  5. Menggunakan pendekatan backward design (UbD) untuk menentukan hasil akhir yang diinginkan.
  6. Menyesuaikan dengan konteks lokal dan karakteristik sekolah.

Maka, merumuskan TP hanya berdasar intuisi pribadi:

  1. Tidak mempertimbangkan kebutuhan aktual siswa.
  2. Tidak terikat pada struktur CP atau kurikulum.
  3. Cenderung subjektif dan kurang terarah.
  4. Berisiko mengabaikan diferensiasi dan keadilan belajar.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved