Berita PALI

Chromebook di Sekolah Pelosok PALI Lebih Sering Digunakan untuk Arsip Ketimbang Belajar

Ambil contoh di SDN 9 Penukal Utara, Desa Sukamanis. Sekolah ini menerima lima unit Chromebook pada Oktober 2023.

SRIPOKU.COM / Apriansyah Iskandar
SISWA BELAJAR CHROMEBOOK - Sejumlah siswa kelas 5 SDN 9 Penukal Utara tampak antusias belajar menggunakan Chromebook, Kamis (17/7/2025). Meski sinyal internet sering hilang, ujian tetap bisa berlangsung berkat sistem CBT offline menggunakan server lokal. 

SRIPOKU.COM, PALI – Di tengah riuhnya sorotan nasional terkait dugaan korupsi pengadaan Chromebook oleh Kemendikbudristek, sekolah-sekolah di pedalaman Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, justru bergumul dengan persoalan yang jauh lebih mendasar.

Di atas kertas, program pengadaan Chromebook memang mengusung semangat positif, transformasi pendidikan, pengurangan kesenjangan digital, dan akselerasi literasi teknologi sejak usia dini. Namun, kenyataan di lapangan tak seindah narasi.

Harapan yang Terbentur Realita Jaringan

Ambil contoh di SDN 9 Penukal Utara, Desa Sukamanis. Sekolah ini menerima lima unit Chromebook pada Oktober 2023.

Kepala Sekolah SDN 9 Penukal Utara Apri Akhirudin S.Pd.I., Gr, mengakui bantuan tersebut bermanfaat, namun belum sepenuhnya menjawab kebutuhan.

"Kami pakai Chromebook hanya untuk ujian CBT berbasis server lokal. Itu pun karena sinyal internet di sini sering hilang total. Tanpa server lokal, tidak mungkin bisa jalan," ujar Apri pada Rabu (17/7/2025).

Dengan 162 siswa dan fokus penggunaan hanya untuk kelas 4, 5, dan 6, potensi pembelajaran digital masih sangat terbatas.

Fitur-fitur seperti kolaborasi online, penggunaan Google Classroom, bahkan akses ke bahan belajar daring, nyaris tak berfungsi optimal.

“Kalau bicara soal efisiensi, ya belum efisien. Chromebook memang niatnya bagus, tapi tanpa didukung sinyal internet yang stabil, banyak fitur hanya jadi pajangan," ungkapnya.

Chromebook adalah jenis laptop yang menjalankan sistem operasi Chrome OS, yang dikembangkan oleh Google.

Chromebook dirancang untuk penggunaan sehari-hari yang berfokus pada aplikasi web dan penyimpanan cloud, menawarkan kemudahan penggunaan, keamanan, dan kemudahan pembaruan otomatis. 

Kisah tak jauh berbeda datang dari SMPN 2 Penukal Utara. Kepala Sekolah, Susi Sutriana, S.Pd, menuturkan bahwa Chromebook lebih sering digunakan oleh guru untuk pengarsipan dan administrasi.

"Kami dapat 5 unit tahun 2023 melalui dinas pendidikan. Untuk siswa, belum kami pakai untuk pembelajaran karena keterbatasan unit dan sinyal. Jadi siswa masih pakai laptop dan komputer dari sekolah untuk pembelajaran maupun ujian. Kelas 7 bahkan masih pakai ujian tertulis," ungkap Susi.

Dengan 205 siswa, sekolah ini masih sangat kekurangan perangkat komputer dan digital. Bahkan, padamnya listrik masih menjadi momok harian yang melumpuhkan aktivitas belajar berbasis teknologi.

"Mati lampu, sinyal hilang, otomatis Chromebook tidak bisa digunakan. Banyak fitur butuh koneksi internet. Ini yang jadi kendala utama," katanya.

Kondisi dua sekolah di PALI ini mencerminkan masalah yang lebih luas: digitalisasi pendidikan yang berjalan tanpa kesiapan infrastruktur dasar.

Program bantuan Chromebook memang menyasar pemerataan akses teknologi, namun di wilayah dengan jaringan internet lemah dan listrik tak stabil, perangkat justru jadi setengah fungsional.

Sementara sekolah-sekolah di kota besar sudah memanfaatkan Chromebook untuk pembelajaran hybrid, kelas virtual, bahkan coding dasar, sekolah di pelosok seperti PALI masih bergumul dengan hal-hal mendasar, seperti bagaimana menyalakan perangkat saat listrik padam atau saat sinyal putus-nyambung.

“Anak-anak desa juga berhak kenal teknologi. Tapi kalau kami hanya dapat perangkat tanpa dukungan jaringan, akhirnya tidak jauh beda dari sekadar laptop mati,” ucap Susi.

Meskipun program ini kini tercoreng oleh dugaan korupsi, Apri dan Susi memilih bersikap netral. "Kami tidak ikut menilai proses pengadaan di atas. Tugas kami memanfaatkan sebaik mungkin yang sudah ada, meskipun belum maksimal,” ujar Apri.

Baik SDN 9 maupun SMPN 2 Penukal Utara sepakat, program digitalisasi pendidikan sangat penting.

Namun, pelaksanaannya tak bisa setengah jalan. Mereka berharap pemerintah tak hanya menyalurkan Chromebook, tapi juga, Menambah jumlah perangkat sesuai kebutuhan siswa, Meningkatkan akses jaringan internet di daerah.

Selain itu, Memberikan pelatihan dan pendampingan teknis bagi guru. Menyediakan solusi saat listrik padam atau koneksi terputus.

"Jangan sampai digitalisasi hanya indah di proposal, tapi mandek di lapangan," pungkas Susi, menyuarakan harapan bagi masa depan pendidikan yang lebih merata.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved