Pendidikan Profesi Guru

Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Kurangnya Motivasi Belajar, Siswa Terlihat Lesu saat Pelajaran

Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Kurangnya Motivasi Belajar, Siswa Terlihat Lesu saat Pelajaran

|
Frepik
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Foto berasal dari Freepik. Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Kurangnya Motivasi Belajar 

SRIPOKU.COM - Berikut ini jawaban studi kasus reflektif PPG 2025. 

Studi kasus ini terkait Kurangnya Motivasi Belajar

Tentunya jawaban studi kasus ini bisa mempermudah Bapak/Ibu Guru untuk ke tahap selanjutnya.

Kurangnya Motivasi Belajar

1. Masalah yang saya hadapi: Beberapa siswa di kelas saya menunjukkan kurangnya motivasi belajar. Mereka sering terlihat lesu, tidak bersemangat saat pelajaran, menunda-nunda pekerjaan rumah, atau bahkan tidak mengerjakannya sama sekali. Saya ingat betul ada seorang siswa, sebut saja Rio, yang pintar tapi sering melamun dan tidak antunias dengan tugas-tugas sekolah. Dia lebih sering menggambar di bukunnya daripada mencatat pelajaran. Saat ditanya mengapa, dia hanya mengangkat bahu atau bilang "malas". Ini membuat saya khawatir, karena potensi akademiknya tidak tergali maksimal, dan perilaku ini bisa menular ke teman-teman lain.

Baca juga: Jawaban Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Terkait Masalah Siswa, Masalah yang Saya Hadapi Adalah

2. Tindakan yang saya ambil: Saya mulai mencari tahu akar masalahnya. Saya mendekati Rio secara personal, berbicara santai dengannya, menanyakan apa hobinya dan apa yang dia suka. Ternyata, dia sangat suka menggambar dan membaca komik. Saya mencoba mengaitkan materi pelajaran dengan minatnya. Misalnya, saat belajar sintang deskripsi, saya minta dia mendeskripsikan karakter komik favoritnya. Untuk meningkatkan motivasi secara umum di kelas, saya mulai menerapkan pembelajaran berbasis proyek yang lebih menyenangkan, seperti membantu min-drama sejarah atau presentasi ilmiah dengan alat peraga. Saya juga sering memberikan pujian dan pengakuan atas setiap usaha kecil yang mereka lakukan, bukan hanya hasil akhir. Saya juga memperkenalkan sistem pois atau stikeruntuk setiap keberhasilan kecil, yang bisa ditukar dengan hak istimewa seperti memilih buku cerita di pojok baca.

3. Hasil dari tindakan tersebut: Perubahan pada Rio sangat kerasa. Dia mulai berpartisipasi aktif dalam diskusi, bahkan ide-ide gambarannya sering dia masukkan dalam presentasi kelompok. Dia jadi lebih rajin mengerjakan tugas. Atmosfer kelas pun menjadi lebih hidup. Siswa jadi lebih bersemangat, mereka tahu bahwa usaha mereka akan dihargai. Sistem poin juga efektif memicu kompetisi positif. Mereka tidak lagi melihat belajar sebagai beban, melainkan sebagai sebuah perulangan yang bisa mereka nikmat dan kuasai. Suasana kelas menjadi lebih dinamis dan penuh energi positif.

4. Pengalaman berharga yang saya dapatkan: Saya belajar bahwa motivasi tu datang dari dalam, dan sebagai guru, tugas kita adalah menyalakan percikan itu. Mengenali dan menghargai minat serta potensi unik setiap siswa sangat penting. Pembelajaran yang relevan, interaktif, dan penuh pengakuan dapat mengubah pandangan siswa terhadap belajar. Motivasi interinsik jadi lebih kuat daripada motivasi eksteinik, rumus motivasi ekstrisnik bisa menjadi jembatan awal. Saya  menyadari bahwa pendekatan personal dan penghargaan terhadap setiap kemajuan kecil adalah kunci untuk membangun kembali semangat belajar.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved