Pendidikan Profesi Guru

Jawaban Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Terkait Masalah Siswa, Masalah yang Saya Hadapi Adalah

Jawaban Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Terkait Masalah Siswa, Perbedaan Tingkat Pemahaman

Frepik
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Foto berasal dari Freepik. Jawaban Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Terkait Masalah Siswa 

SRIPOKU.COM - Berikut ini jawaban studi kasus reflektif PPG 2025

Studi kasus ini terkait masalah siswa dengan perbedaan tingkat pemahaman.

Tentunya jawaban studi kasus ini bisa mempermudah Bapak/Ibu Guru untuk ke tahap selanjutnya.

Perbedaan Tingkat Pemahaman

1. Masalah yang saya hadapi: Di kelas saya, seringkali saya menemukan ada beberapa siswa yang sangat cepat menangkap materi baru, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama. Misalnya, saat mengajarkan materi..... saya melihat ada anak yang langsung paham, tapi ada juga yang masih kesulitan membedakan mana yang harus dibagi. Ini bukan hanya tentang kecepatan, tapi juga kedalaman pemahaman. Jika saya terus maju, siswa yang bertinggal akan semukin ketinggalan, dan yang sudah paham akan merasa besan, Kelas menjadi tidak efektif karena materi tidak teserap merata. Ini benar-benar membuat saya berpikir keras hagaimana menyajikan materi yang bisa dijangkau oleh semua level pemahaman tanpa mengorbankan kualitas pembelajaran.

Baca juga: Rubrik Penilaian Modul Ajar UKIN PPG, Tujuan Pembelajaran Sesuai Konten Materi RPP dan Penggalan CP

2. Tindakan yang saya ambil: Saya mulai dengan melakukan diagnostik awal di setiap awal untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman masing-masing siswa. Untuk materi pecahan, saya memberikan pre-test sederhana dan beberapa pertanyaan lisan. Dari sana, saya membagi siswa menjadi kelompok belajar kecil berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Kelompok yang cepat paham saya berikan tantangan soal yang lebih kompleks atau minta mereka menjadi "member sebaya" untuk teman-teman di kelompok lain. Sedangkan untuk kelompok yang kesulitan, saya berikan penjelasan ulang dengan metode yang lebih visual dan konkret, menggunakan alat peraga seperti potongan kertas atau buah-buahan, dan memberikan latihan yang lebih bertahap. Saya juga menyediakan sesi bimbingan individual singkat setelah jam pelajaran atau saat istirahat untuk siswa yang benar-benar membutuhkan perhatian lebih. Saya juga sering menggunakan pembelajaran berdefernsiasi, artinya saya menyiapkan beragam tugas dan aktivitas yang sesuai dengan tingkat kesiapan belajar siswa.

3. Hasil dari tindakan tersebut : Pendekatan ini menunjukkan hasil yang sangat positif. Siswa yang cepat paham merasa lebih tertantang dan tidak bosan, bahkan merasa bangga bisa membantu temannya. Sementara itu, siwa yang awalnya tertinggal mulai menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan karena mereka mendapatkan penjelasan yang sesuai dengan gaya belajar mereka dan tidak merasa terinstimidasi. Angka ketuntasan belajar secara klasikal meningkat dratis. Yang paling membahagiakan adalah suasana kelas menjadi lebih kolaboratif, di mana siswa saling mendukung dan tidak ada lagi yang merasa 'bodoh' kerasa semuanya lebih cepat mengerti. Mereka jadi lebih berani bertanya.

4. Pengalaman berharga yang saya dapatkan: Saya belajar bahwa setiap anak itu unik dan memiliki ritme belajarnya sendiri. Diferensiasi pembelajaran adalah kunci untuk menjembatani perbedaan ini. Penting untuk tidak hanya fokus pada materi, tetapi juga pada proses pemahaman setiap individu. Kesabaran konektivitas dalam menyiapkan materi, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan siswa alalah hal yang sangat esensial. Saya juga menyadari bahwa melibatkan siswa dalam proses belajar teman-teman mereka (seperti mentor sebaya) bukan hanya membantu siswa yang dibantu, tetapi juga memperkuat pemahaman siswa yang membantu.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved