Pendidikan Profesi Guru

Studi Kasus Reflektif PPG 2025 Disiplin & Perilaku, Masalah di Kelas Sering Menjadi Tantangan Besar

Studi Kasus Reflektif PPG 2025, Disiplin dan Perilaku, Masalah di Kelas Seringkali Menjadi Tantangan Terbesar

Frepik
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Foto berasal dari Freepik. Studi Kasus Reflektif PPG 2025 Disiplin & Perilaku 

SRIPOKU.COM - Berikut ini jawaban studi kasus reflektif PPG 2025. 

Studi kasus ini terkait masalah disiplin dan perilaku.

Tentunya jawaban studi kasus ini bisa mempermudah Bapak/Ibu Guru untuk ke tahap selanjutnya.

Disiplin dan Perilaku

1. Masalah yang saya hadapi: Masalah disiplin dan perilaku di kelas seringkali menjadi tantangan terbesar. Ada beberapa siswa yang sering berbicara saat guru menjelaskan, berlarian di dalam kelas, atau bahkan berselisih paham dengan teman-temannya. Saya ingat pernah ada dua siswa, Budi dan Andi, yang sering bertengkar kecil hanya karena hal sepele seperti meminjam pensil. Ini mengganggu konsentrasi siswa lain dan menciptakan suasana kelas yang tidak kondusif untuk belajar. Jika tidak segera ditangani, perilaku semacam ini bisa menjadi kebiasaan dan menghambat proses belajar mengajar secara keseluruhan.

Baca juga: Studi Kasus Reflektif PPG2025 Masalah Konsentrasi, Siswa Sulit Mempertahankan Fokus Selama Pelajaran

2. Tindakan yang saya ambil: Saya memulai dengan menetapkan aturan kelas yang jelas dan disepakati bersama di awal tahun ajaran. Saya melibatkan siswa dalam merumuskan aturan tersebut agar mereka merasa memiliki. Setiap pagi, kami selalu memulai dengan mengulang kembali aturan kelas dan kunsekuensinya. Ketika Budi dan Andi bertengkar, saya tidak langsung menghukum, tapi memisahkan mereka dan berbicara empat mata dengan masing-masing. Saya meminta mereka menceritakan kejadian dari sudut pandang mereka, lalu membimbing mereka untuk mencari solusi. Saya juga memperkenalkan sistem penghargaan untuk perilaku positif, misalnya siswa teladan minggu ini yang dipilih berdasarkan ketaatan pada aturan dan sikap baik. Untuk kasus pelanggaran, saya menerapkan konsekuensinya yang konsisten dan mendidik, bukan menghukum. Misalnya, jika ada yang terlambat, mengumpulkan tugas, konsekuensinya adalah membantu menerapkan kelas setelah pulang sekolah, bukan hukuman fisik.

3. Hasil dari tindakan tersebut: Pendekatan ini sangat efektif. Siswa menjadi lebih sadar akan aturan dan konsekuensinya. Kasus pertengkaran antara Budi dan Andi berkurang drastis, bahkan mereka belajar untuk menyelsaikan masalah mereka sendiri dengan dialog. Suasasa kelas menjadi lebih tenang dan teratur. Siswa merasa lebih aman dan nyaman karena ada aturan yang jelas dan ditegakkan dengan adil. Mereka juga belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka. Yang terpenting mereka tidak hanya patuh karena takut, tapi karena mahami pentingnya disiplin untuk kebaikan bersama.

4. Pengalaman berharga yang saya dapatkan: Saya belajar bahwa disiplin itu bukan hanya tentang menghukum, tapi tentang mendidik dan membangun karakter. Konsistensi adalah kunci dalam menegakkan aturan. Melibatkan siswa dalam pembuatan aturan memberi mereka rasa kepemilikan dan tanggung jawab. Selain itu, pendekatan personal dan dialog lebih efektif daripada penghakiman langsung. Membangun hubungan baik dengan siswa adalah fondasi utama untuk menciptakan lingkungan kelas yang disiplin dan positif.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved