Pendidikan Profesi Guru

UKPPPG, 5 Contoh Studi Kasus dalam PPG 2025 untuk Kelas 3 SD Sebanyak 500 Kata sebagai Referensi

Studi kasus PPG 2025 untuk kelas 3 SD maksimal 500 kata berdasarkan pengalaman nyata dengan bantuan 4 pertanyaan pemantik.

Editor: pairat
guru.kemdikbud.go.id
FOTO ILUSTRASI - Simak 5 studi kasus dalam PPG 2025 untuk kelas 3 SD sebanyak 500 kata sebagai referensi. 

Di kelas 3 saya, saya mengamati adanya perilaku perundungan verbal dan diskriminasi ringan yang mulai muncul antar siswa. Misalnya, beberapa siswa sering mengejek teman yang berbeda suku dengan panggilan yang tidak pantas, menertawakan logat bicara, atau tidak mau bermain dengan teman yang dianggap "berbeda" (misalnya karena pakaiannya). Situasi ini membuat beberapa siswa menjadi pendiam, sedih, dan enggan berinteraksi.

  • Bagaimana Upaya Saya untuk Menyelesaikannya?
  1. Diskusi Terbuka tentang Keberagaman (Ing Ngarsa Sung Tuladha): Saya memulai dengan mengadakan sesi diskusi kelas tentang pentingnya menghargai perbedaan. Saya menggunakan cerita atau video pendek tentang keberagaman budaya di Indonesia, menekankan bahwa perbedaan itu indah dan kita semua adalah warga negara yang sama. Saya mencontohkan bagaimana kita harus berbicara dengan sopan dan menghargai semua teman.
  2. Penerapan Aturan Kelas Anti-Perundungan: Bersama siswa, kami membuat "aturan emas" kelas yang jelas tentang bagaimana kita harus berbicara dan bersikap satu sama lain, termasuk larangan mengejek atau membeda-bedakan. Aturan ini kami tempel di dinding kelas.
  3. Memberikan Apresiasi pada Perilaku Pro-Sosial: Setiap kali saya melihat siswa saling membantu, berbagi, atau menerima perbedaan teman, saya akan memberikan pujian spesifik di depan kelas. Ini memperkuat perilaku positif.
  4. Mediasi dan Konseling Individu: Ketika terjadi insiden perundungan, saya tidak langsung menghukum di depan umum. Saya memanggil siswa yang terlibat secara terpisah, mendengarkan cerita mereka, menjelaskan dampak perbuatan mereka, dan membimbing mereka untuk mencari solusi serta meminta maaf. Saya juga memberikan dukungan emosional kepada korban.
  5. Permainan Kooperatif Berbasis Kelompok Campuran: Saya sering membentuk kelompok belajar yang heterogen (berbeda jenis kelamin, latar belakang, atau kemampuan) untuk tugas-tugas yang menuntut kerja sama. Ini memaksa siswa untuk berinteraksi dan menemukan kekuatan dalam perbedaan.
  • Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Perilaku perundungan dan diskriminasi berkurang drastis. Siswa menjadi lebih sadar akan ucapan dan perilakunya. Suasana kelas terasa lebih inklusif dan harmonis. Siswa yang awalnya menjadi korban mulai merasa lebih nyaman dan berani bersuara. Mereka juga mulai menunjukkan inisiatif untuk saling membantu dan berinteraksi dengan teman dari berbagai latar belakang.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa penanaman nilai toleransi dan kebhinekaan harus dilakukan secara eksplisit dan konsisten sejak dini. Guru adalah model utama. Intervensi yang bijaksana dan edukatif (bukan hanya hukuman) jauh lebih efektif dalam mengubah perilaku. Pentingnya menciptakan lingkungan kelas yang aman di mana setiap siswa merasa dihargai dan menjadi bagian dari komunitas.

3. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 3 SD

Mengatasi Ketidakdisiplinan dalam Mengikuti Instruksi Guru

  • Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Di kelas 3, saya menghadapi tantangan berupa ketidakdisiplinan siswa dalam mengikuti instruksi lisan saya. Seringkali, saat saya memberikan instruksi panjang (misalnya, tentang urutan kegiatan atau langkah-langkah tugas), beberapa siswa langsung mulai bekerja tanpa mendengarkan sampai selesai, berbicara saat saya menjelaskan, atau sibuk dengan hal lain. Akibatnya, banyak yang melakukan kesalahan, bertanya berulang kali, atau tidak menyelesaikan tugas sesuai arahan.

  • Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
  1. Penerapan Sinyal Perhatian (Atensi): Saya melatih siswa dengan sinyal perhatian universal yang sederhana, seperti mengangkat satu jari ke atas dan saya akan menunggu sampai semua siswa fokus dan melakukan hal yang sama sebelum melanjutkan instruksi. Atau menggunakan hitungan mundur ("3-2-1, siap mendengarkan").
  2. Instruksi Bertahap dan Cek Pemahaman: Untuk tugas yang kompleks, saya memecah instruksi menjadi bagian-bagian kecil. Setelah setiap bagian, saya akan berhenti dan meminta siswa untuk mengulang instruksi dengan kata-kata mereka sendiri ("Siapa bisa mengulang apa yang harus kita lakukan pertama kali?"). Ini menerapkan Ing Madya Mangun Karsa dan memastikan pemahaman.
  3. Visualisasi Instruksi: Saya menuliskan poin-poin utama instruksi di papan tulis atau menayangkan gambar/diagram sebagai panduan visual. Ini membantu siswa visual dan mereka yang kesulitan memproses instruksi lisan panjang.
  4. Konsekuensi Logis dan Konsisten: Saya menjelaskan konsekuensi logis jika instruksi tidak diikuti (misalnya, "Jika kamu tidak mendengarkan, kamu mungkin harus mengulang pekerjaanmu"). Konsekuensi ini diterapkan secara konsisten dan tidak emosional.
  5. Pemberian Tanggung Jawab dalam Mengingatkan: Saya menunjuk "pemimpin instruksi" harian secara bergiliran. Tugas mereka adalah membantu mengingatkan teman-teman untuk fokus saat guru memberi instruksi. Ini memberdayakan siswa.
  • Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Setelah beberapa minggu, kedisiplinan siswa dalam mengikuti instruksi meningkat pesat. Mereka menjadi lebih peka terhadap sinyal perhatian dan lebih sabar mendengarkan hingga akhir. Jumlah pertanyaan berulang berkurang, dan kesalahan akibat salah memahami instruksi juga menurun. Suasana kelas menjadi lebih teratur dan efisien.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa kedisiplinan dalam mengikuti instruksi adalah keterampilan yang harus diajarkan dan dilatih, bukan sekadar diasumsikan. Guru perlu memiliki strategi yang jelas dan konsisten untuk menarik perhatian siswa. Visualisasi dan cek pemahaman sangat penting untuk memastikan instruksi tersampaikan dengan baik. Penting juga untuk melibatkan siswa dalam proses menciptakan disiplin dan memberikan mereka tanggung jawab untuk menjaga ketertiban bersama.

4. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 3 SD Siswa Tidak Mampu Bekerja Sama dalam Kelompok

  • Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Dalam pembelajaran tematik, saya menggunakan metode kerja kelompok. Namun, sebagian siswa tidak mampu bekerja sama dengan baik. Ada yang mendominasi, ada yang tidak berkontribusi sama sekali, dan sering terjadi perselisihan kecil di antara mereka.

  • Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?

Saya memberikan pembelajaran eksplisit tentang kerja sama, mulai dari menonton video pendek tentang pentingnya kolaborasi hingga melakukan simulasi peran. Saya juga memberikan struktur peran dalam setiap kelompok (penulis, pembaca, pencatat, pelapor) dan mengadakan refleksi setelah kerja kelompok.

  • Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Siswa mulai memahami peran masing-masing dan lebih bertanggung jawab dalam kelompok. Mereka lebih menghargai pendapat temannya dan menyelesaikan tugas bersama dengan lebih baik. Aktivitas kolaboratif menjadi lebih lancar.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Saya menyadari bahwa kerja sama tidak bisa terjadi begitu saja. Guru harus mengajarkan dan melatihnya secara eksplisit. Kolaborasi adalah keterampilan sosial penting yang perlu diasah sejak dini.

5. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 3 SD Siswa Sering Tidak Jujur dalam Mengerjakan Tugas

  • Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Saya menyadari ada beberapa siswa yang mengumpulkan tugas dengan isi yang sangat mirip, bahkan identik. Setelah saya periksa, ternyata mereka menyalin dari temannya. Saat ditanya, mereka mengaku tidak tahu jawabannya dan hanya ikut-ikutan agar mendapat nilai.

  • Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved