Dulu Disidak Dedi Mulyadi Tapi Tetap Membandel, Kini Tambang di Cirebon Telan Korban, 11 Orang Tewas

Musibah longsor terjadi di area tambang galian C di Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025), menewaskan sedikitnya 11 orang pekerja.

Editor: adi kurniawan
Kolase
LONGSOR DI CIREBON - Tambang yang longsor hingga menewaskan 11 orang di Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon rupanya pernah didatangi Dedi Mulyadi. 

SRIPOKU.COM -- Musibah longsor terjadi di area tambang galian C di Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025), menewaskan sedikitnya 11 orang pekerja.

Tambang yang berizin ini rupanya pernah didatangi dan dikeluhkan bahayanya oleh Dedi Mulyadi jauh sebelum kejadian nahas ini.

Dedi Mulyadi, melalui akun media sosialnya, mengungkapkan bahwa ia pernah mengunjungi galian C Dukuhpuntang dan menilai penambangan tersebut sangat berbahaya serta tidak memenuhi standar keamanan bagi para pekerja.

"Saya melihat penambangan galian C itu sangat berbahaya, tidak memenuhi unsur standarisasi keamanan bagi para pegawainya," kata Dedi pada Jumat (30/5/2025).

Namun, Dedi mengaku saat itu tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan operasional tambang karena izinnya masih berlaku hingga Oktober 2025 dan ia tidak memiliki kapasitas untuk mengintervensi.

Peringatan Dedi diduga diabaikan oleh pihak penambang.

Atas insiden ini, Dedi menyampaikan bela sungkawa yang mendalam bagi para korban dan keluarganya. "Saya menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya warga Jawa Barat di penambangan tersebut," ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa perusahaan tambang tersebut akan ditutup selamanya.

"Saya sudah memerintahkan kepala SDM dan seluruh jajaran yang hari ini sudah berada di lokasi untuk mengambil tindakan tegas, perusahaan itu ditutup untuk selamanya," tegas Dedi.

Kapolresta Cirebon, Kombes Sumarni, mengkonfirmasi bahwa 11 orang telah ditemukan meninggal dunia akibat longsor tersebut, sementara 12 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Dua di antaranya sudah kembali ke rumah. Proses evakuasi masih terus berlangsung melibatkan personel gabungan dari TNI, Polri, BPBD, dan relawan, mengingat masih ada delapan orang yang diduga tertimbun material longsor.

Secara terpisah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat, Bambang Tirtoyuliono, mengaku pihaknya sudah berkali-kali memberi peringatan keras kepada pengelola tambang terkait kesalahan metode penambangan.

"Ini adalah sebuah kesalahan dalam metode penambangannya. Kami dari Dinas ESDM sudah memperingatkan berkali-kali," kata Bambang.

Ia bahkan menyebut bahwa polisi sudah memasang garis polisi sebelumnya, namun peringatan tersebut tidak diindahkan. "Tetapi ya bandel," jelasnya.

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved