7 Masalah Pendidikan Dasar di Indonesia yang Jadi Sorotan

Berikut 7 problematika utama yang menjadi sorotan menurut Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta Dr. Elinda Rizkasari., S.Pd., M.Pd

Editor: adi kurniawan
Istimewa
PENDIDIKAN DASAR - Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta Dr. Elinda Rizkasari., S.Pd., M.Pd. Berikut 7 problematika utama yang menjadi sorotan peringkat Asia Tenggara pun tertinggal 

5. Kesenjangan Pendidikan Antar Daerah

Perbedaan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara Jawa dan luar Jawa, masih sangat signifikan.

Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam kesempatan belajar bagi anak-anak Indonesia.

6. Kurangnya Fasilitas Pendidikan

Banyak sekolah dasar di Indonesia, terutama di daerah terpencil, masih kekurangan fasilitas yang memadai.

Ruang kelas yang rusak, perpustakaan yang minim buku, serta ketiadaan laboratorium menjadi penghambat proses belajar mengajar yang optimal.

7. Masalah Finansial Siswa dan Kemiskinan

Faktor ekonomi keluarga sangat mempengaruhi partisipasi dan keberlangsungan pendidikan anak.

Kemiskinan memaksa anak putus sekolah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.

Peringkat Pendidikan Indonesia di Asia dan Perbandingan dengan China

Ironisnya, di tengah berbagai upaya perbaikan, peringkat pendidikan Indonesia di kancah Asia Tenggara bahkan Asia masih tergolong rendah.

Data dari Worldtop20.org pada tahun 2023 menunjukkan Indonesia berada di urutan ke-67 dari 203 negara. Di Asia, China menduduki peringkat pertama dengan sistem pendidikan yang maju dan inovatif.

Mengapa China Bisa Unggul? Disiplin dan Etos Kerja Jadi Kunci

Keberhasilan China dalam memajukan pendidikannya tidak lepas dari budaya disiplin yang kuat dan etos kerja yang tinggi.

Beberapa indikator yang patut dicermati antara lain:

  • Disiplin Kerja yang Kuat: Komitmen tinggi, kerja keras, fokus pada hasil, menghargai waktu, dan menjunjung tinggi reputasi menjadi landasan dalam setiap pekerjaan, termasuk di dunia pendidikan.
  • Disiplin dalam Kehidupan Sosial: Rasa hormat, ketaatan pada aturan, sikap gigih, kerja sama, serta menjaga keamanan dan ketertiban menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
  • Etos Kerja yang Diinspirasi Konfusianisme: Ajaran Konfusius yang menekankan pada kerja keras, ketekunan, dan tanggung jawab sosial turut membentuk budaya kerja yang kuat.
  • Contoh Konkret: Sistem kerja "996" (bekerja dari jam 9 pagi hingga 9 malam, 6 hari seminggu) meskipun kontroversial, mencerminkan betapa tingginya tekanan dan dedikasi terhadap pekerjaan. Ketertiban di jalan raya pun menjadi cerminan kedisiplinan dalam skala yang lebih luas.
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved