Mimbar Jumat

Mengambil Hikmah  Peringatan Isra’ Mikraj Bersama Masyarakat Bugis di Sungsang

Alam Sumatera Selatan terbentang seluas  91.592,43 km2  atau kurang lebih seluas negara Portugal, dan dihuni oleh 8.973.168 jiwa  (Juni 2024).

Editor: Yandi Triansyah
Istimewa
Dr. Muhammad Walidin, M.Hum. (Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Raden Fatah) 

Sementara hadis tentang Isra dan Mikraj dalam Sahih Muslim juga senada dengan hadis no. 3207 dalam Sahih Buchari. Melengkapi perjalanan Nabi Muhammad dalam peristiwa Mikraj, Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW menceritakan pengalamannya saat naik ke langit dan bertemu dengan Allah SWT. (Muslim 414).

Peristiwa Isra Mikraj adalah salah satu mukjizat besar dalam sejarah Islam dan memiliki banyak riwayat dalam berbagai sumber hadis.

Peristiwa ini tidak hanya menggambarkan perjalanan fisik Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Islam. Hal inilah yang menjadikan memperingati Isra Mikraj penting bagi seluruh ummat Islam, termasuk masyarakat Bugis di Sungsang

Masyarakat Bugis di Sungsang memperingati perisitiwa Isra dan Mikraj dengan membaca naskah lama yang dikenal dengan nama Mi’raje.

Naskah ini ditulis tangan dengan tebal sekitar 55 halaman dengan varian di berbagai tempat. Naskah ini beraksara Serang (aksara Arab  dengan Bahasa bugis.

Aksara ini berbeda dengan aksara Jawi yang berhuruf Arab tapi Bahasa Melayu). Adapun waktu pembacaanya selama 2-3 jam dengan 5-6 orang pembaca.

Pembacaan naskah biasanya dilakukan selepas Zuhur hingga waktu Asar. Setelah selesai pembacaan naskah, dilanjutkan dengan doa dan salat Asar berjamaah serta menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah.   

Hal yang menarik dari pembacaan naskah ini adalah pembaca melakukan pembacaan naskah dengan pola pembacaan Barzanji, tetapi lebih cepat.

Sebagai pembaca, ia harus pintar membaca ayat al-Qur’an dan Hadis sekaligus aksara Serang.  Sementara itu, para audiens/hadirin  hanya mendengar  narasi al-Qur’an dan Hadis dengan keterangan berbahasa Bugis

Pembacaan dimulai dengan kalimat: Ripallawangennamua Sewwae wettu Iyanaritu Nabitta Sallallahu alaihi Wasallam.

Engkai rilalenna batu masalekoe ri sesena baetullae. Artinya: Dahulu kala, Allah Ta'ala menciptakan Nabi kita Muhammad. Dia berada di batu Hijr Ismail yang terletak di dalam Ka'bah Artinya: teks selanjutnya: Dengan posisi Nabi SAW dalam posisi terlentang antara dua pria. Kemudian malaikat Jibril dan Mikail Datang.

Ada juga yang menemani Malaikat lainnya. Kemudian keduanya membawa jasad Nabi SAW ke sumur Zam-Zam.

Dari narasi di atas,  dapat diketahui bahwa kisah Isra Mikraj benar-benar dimulai seperti dongeng pada umumnya yang biasa didengar oleh masyarakat dengan tradisi lisan. Hal ini tentu akan menarik minat pendengar untuk terus fokus kepada cerita selanjutnya. 

Narasi berikutnya mengalir menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para Nabi sebelumnya, melihat balasan orang-orang yang beriman di surga dan sika bagi yang kufur di neraka. Hal yang paling penting adalah bagaimana proses Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat.  

Pada akhir naskah, diceritakan pula bagaimana saat Nabi Muhammad telah sampai di bumi, ternyata orang-orang tidak percaya dengan peristiwa itu.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved