Mimbar Jumat

Mengambil Hikmah  Peringatan Isra’ Mikraj Bersama Masyarakat Bugis di Sungsang

Alam Sumatera Selatan terbentang seluas  91.592,43 km2  atau kurang lebih seluas negara Portugal, dan dihuni oleh 8.973.168 jiwa  (Juni 2024).

Editor: Yandi Triansyah
Istimewa
Dr. Muhammad Walidin, M.Hum. (Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Raden Fatah) 

Namun, peristiwa Mikraj yang berarti "kenaikan" atau "perjalanan ke langit" merujuk pada bagian dari perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW untuk menerima perintah salat.

Peristiwa Isra’ Mikraj tercatat dalam al-Qur’an dalam dua surat yang berbeda, tepatnya pada Surat al-Isra’ ayat al-Isra ayat 1 dan QS an-Najm ayat 13-18.  

Pada surat al-Isra ayat 1, Allah memberikan informasi tentang perjalanan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Palestina dalam satu waktu atau disebut perjalanan bumi.

Ayat yang dimaksud adalah “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Selanjutnya, pada surat al-Najm ayat 13-18, Allah memberikan informasi perjalanan Nabi Muhammad Ketika bermikraj  (naik ke langit) atau juga dinamakan dengan  perjalanan langit.

Disebutkan pada ayat tersebut;  Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain (13), (yaitu) di Sidratul Muntaha (14), Di dekatnya ada surga tempat tinggal (15), (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (16), Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya (17), Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar (18). 

Dalam tafsir Ibnu Katsir, ayat-ayat di atas menggambarkan pengalaman Nabi Muhammad SAW saat beliau melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya untuk kedua kalinya. Peristiwa ini terjadi di Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang dicapai oleh manusia.

Sidratul Muntaha adalah tempat di mana kebesaran Allah sangat terasa dan di mana surga Jannah al-Ma'wa berada. Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW melihat tanda-tanda kebesaran Allah secara langsung. 

Kedua perjalanan di atas, baik Isra maupun Mikraj, adalah perjalanan yang mustahil terjadi dalam logika manusia. Akan tetapi, orang-orang yang beriman percaya terhadap peristiwa ini sebagai bagian dari keistimewaan Nabi Muhammad SAW.

Di samping itu, peristiwa ini menjadi bukti kekuasaan Allah baik di bumi maupun di langit sebagaimana dinarasikan pada akhir dari ayat 1 (surat al-Isra) dan juga ayat 18 (pada surat an-Najm).

Peristiwa Isra Mikraj juga bisa ditelusuri pada kitab-kitab hadis yang sahih, seperti pada Sahih Buchari  No. 3207, 3342, dan 349.  

Dalam hadis ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa beliau diperjalankan dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa, dan kemudian naik ke langit bersama malaikat Jibril.

Di sana, beliau bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya dan sampai di Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang dicapai oleh manusia. (Bukhari 3207).

Terdapat juga hadis yang disandarkan kepada Hudzaifah bin Al-Yaman yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW diperlihatkan surga dan neraka selama perjalanan Mikraj, dan beliau melihat berbagai pemandangan yang menunjukkan balasan bagi orang-orang yang beriman dan yang berdosa (Buchari  3342).

Dalam hadis yang disandarkan pada Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi-nabi lainnya di langit, seperti Nabi Adam, Nabi Isa, dan Nabi Musa. Dalam hadis ini, Nabi Muhammad SAW juga menceritakan bagaimana beliau menerima perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu (Bukhari 349).

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved