Cerita Rakyat Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati, Dewa yang Menyamar, Kisah Epos dari Jawa

Ini Cerita rakyat berjudul Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati Dari Jawa Tengah kisah epos dari pulau Jawa tentang seorang dewa yang menyamar.

Penulis: Siti Umnah | Editor: Siti Umnah
indonesiakaya.com
ILUSTRASI CERITA RAKYAT : Ini Cerita rakyat berjudul Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati Dari Jawa Tengah kisah epos dari pulau Jawa tentang seorang dewa yang menyamar.(indonesiakaya.com) 

Purbasari kemudian pergi mandi di Jamban Salaka. Tak lama setelah itu, seluruh bercak hitam di tubuhnya sirna. Lutung Kasarung tertegun melihat kecantikan Purbasari yang selama ini tertutup oleh sihir Ni Ronde. 

Ia tak menyangka bahwa kecantikan Purbasari jauh melebihi sang ibu, Sunan Ambu. Perlahan keduanya saling jatuh cinta, bertunangan, dan hidup berbahagia di hutan, berdampingan dengan hewan-hewan lainnya. 

Duel Berujung Kebahagiaan

Di Kerajaan Pasir Batang, Prabu Tapa Agung memerintahkan para dayang untuk memeriksa keadaan Purbasari, yang telah pergi dari istana selama berbulan-bulan. Sesampainya di tengah hutan, para dayang terkejut melihat kondisi Purbasari yang telah kembali seperti sediakala. Berita tersebut sampai ke telinga Prabu Tapa Agung dan permaisuri, yang langsung memerintahkan para utusan untuk membawa Purbasari kembali ke istana.

Mendengar berita tersebut, Purbararang kalang kabut karena merasa bahwa posisinya terancam. Prabu Tapa Agung bertitah bahwa Purbasari harus memperoleh takhtanya kembali, karena sudah tak ada lagi penyakit yang menghalanginya untuk menjadi pemimpin. 

Purbararang menolak titah tersebut dan mengajukan syarat kepada Prabu Tapa Agung untuk memilih pemimpin secara adil. Ia ingin mengajak Purbasari berduel untuk memperebutkan takhta. Akhirnya, Prabu Tapa Agung menyetujui persyaratan Purbararang. 

Purbararang kemudian mengajak Raden Indrajaya untuk mendatangi hutan tempat Purbasari tinggal. Sesampainya di hutan, Purbararang langsung mengajak Purbasari untuk berduel dengan Prabu Tapa Agung sebagai saksinya. 

Duel pertama adalah perlombaan rambut. Pemenangnya adalah yang memiliki rambut lebih panjang dan indah. Purbararang menantang bahwa jika rambutnya lebih panjang daripada rambut Purbasari, maka leher Purbasari akan dipenggal oleh algojo kerajaan.

Dalam hitungan ketiga, Purbasari dan Purbararang membuka simpul konde mereka. Rambut Purbararang terurai panjang sebetis, sementara rambut Purbasari menjuntai hingga tumit kaki. Tak hanya itu, rambut Purbasari juga lebih hitam berkilau dan keindahannya lebih terpancar dibandingkan rambut Purbararang.

Sebenarnya, rambut Purbasari tidak lebih panjang dari rambut Purbararang. Namun, Lutung Kasarung memanjatkan doa kepada Sunan Ambu untuk membantunya. Benar saja, peri-peri dan bidadari berkumpul untuk membantu Purbasari dengan menyambung setiap helai rambutnya hingga menjadi sepanjang tumit.

Tak ingin mengakui kekalahannya, Purbararang pun mengajukan tantangan baru untuk Purbasari. Kali ini, tantangannya adalah kompetisi paras rupawan antara tunangan Purbararang, Raden Indrajaya, dan tunangan Purbasari, Lutung Kasarung. 

Ia meminta Prabu Tapa Agung dan masyarakat di sekitarnya untuk menilai. Jika paras tunangan Purbasari lebih tampan dibandingkan Raden Indrajaya, maka takhta Kerajaan Pasir Batang akan ia serahkan kepada Purbasari. Namun, jika sebaliknya, maka Purbasari harus bersedia untuk dipenggal lehernya oleh algojo kerajaan.

Purbararang yakin bahwa ia akan menang. Bagaimana mungkin, tunangannya yang begitu rupawan akan kalah dengan seekor lutung? Purbasari paham bahwa ia tak akan memenangkan duel ini. Namun, ia tetap menunjukkan ketegarannya. 

Purbasari lalu berbisik kepada Lutung Kasarung, meyakinkan bahwa ia akan tetap mencintainya dan ingin ia menjadi suaminya, apa pun yang terjadi. Mendengar hal itu, Lutung Kasarung merasa terharu dan mengusap air mata Purbasari. Dalam hati, ia kembali memohon kepada Sunan Ambu untuk diberikan jalan keluar. 

Duel pun dimulai. Raden Indrajaya dan Lutung Kasarung berdiri sejajar di hadapan masyarakat yang hadir. Beberapa saat pertama, segenap penonton dan Purbararang tertawa licik karena jelas sekali Raden Indrajaya—yang merupakan seorang manusia—terlihat lebih tampan dari seekor lutung. 

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved