Cerita Rakyat Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati, Dewa yang Menyamar, Kisah Epos dari Jawa

Ini Cerita rakyat berjudul Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati Dari Jawa Tengah kisah epos dari pulau Jawa tentang seorang dewa yang menyamar.

Penulis: Siti Umnah | Editor: Siti Umnah
indonesiakaya.com
ILUSTRASI CERITA RAKYAT : Ini Cerita rakyat berjudul Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati Dari Jawa Tengah kisah epos dari pulau Jawa tentang seorang dewa yang menyamar.(indonesiakaya.com) 

SRIPOKU.COM - Berikut ini disajikan Cerita Legenda berjudul Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati.

Cerita rakyat Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati merupakan cerita rakyat dari Jawa Tengah yang sangat terkenal.

Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati merupakan kisah epos dari pulau Jawa tentang dewa yang menyamar menjadi lutung demi cinta sejati dan membantu seorang putri merebut kembali takhta kerajaan.

Baca juga: Cerita Rakyat Ande-Ande Lumut Dari Jawa Timur, Dongeng Mengajarkan Tentang Arti Penting Kesetiaan

Baca juga: Cerita Rakyat Kebaikan Si Pahit Lidah Dari Sumatera Selatan, Pangeran yang Mengajarkan Tidak Serakah

Cerita rakyat Lutung Kasarung Dalam Mencari Cinta Sejati

Cerita rakyat Jawa Tengah Lutung Kasarung sering diceritakan sebagai salah satu dongeng pengantar tidur atau cerita yang diajarkan di sekolah. Tak hanya itu, Lutung Kasarung juga telah diadaptasi ke berbagai buku cerita, pertunjukan teater, layar perak, dan layar lebar. 

Pada tahun 1921, cerita ini diadaptasi ke dalam sebuah pertunjukan gending karesmen (drama musikal) yang diproduseri oleh Bupati Bandung saat itu, yaitu R.A.A. Wiranatakusumah V. Kemudian, cerita ini diadaptasi menjadi sebuah film bisu berjudul Loetoeng Kasaroeng (1926) yang disutradarai oleh dua sutradara Belanda, G. Kruger dan L. Heuveldorp. 

Berkat tanggapan positif masyarakat, harian De Lecomotief menyebut film ini sebagai tonggak bersejarah dalam industri sinema Hindia—sebutan Indonesia sebelum kemerdekaan. Bahkan, film ini dikreasikan ulang pada tahun 1952 dan 1983 oleh B.Z. Kadaryono dan E.T. Effendi.

Lutung Kasarung juga hadir dalam bentuk buku karya seniman Belanda, Tilly Dalton, pada tahun 1950. Dalam teater, ada dua yang paling terkenal, yaitu Pagelaran Musikal Lutung Kasarung(2011) yang disutradarai Almarhum Didi Petet dan seri #MusikalDiRumahAja (2020) karya sineas Nia Dinata yang dipersembahkan BOOWLive dan Indonesia Kaya. 

Mari kita telusuri asal-usul cerita Lutung Kasarung yang begitu legendaris ini.

Penerus Kerajaan Pasir Batang

Kisah ini bermula di Tatar Pasundan, tepatnya di Kerajaan Pasir Batang yang dipimpin oleh Prabu Tapa Agung. Oleh rakyatnya, ia dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Namun, sang raja sudah mulai memasuki usia senja. Oleh karena itu, Prabu Tapa Agung ingin mendaulat salah satu dari ketujuh putrinya untuk menjadi penerus takhta. Ya, ia tak memiliki satu pun putra mahkota.

Lima dari tujuh keturunannya telah menikah dengan putra mahkota kerajaan lain. Mereka adalah Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, dan Purbaleuih. Jadi, Prabu Tapa Agung harus memilih satu dari kedua putrinya yang masih tinggal di Kerajaan Pasir Batang. Mereka adalah sang putri sulung, Purbararang, dan putri bungsu, Purbasari Ayuwangi.

Dengan pertimbangan matang, akhirnya pilihan Prabu Tapa Agung jatuh kepada Purbasari. Ia merasa Purbasari adalah sosok yang pantas menggantikan dirinya lantaran akhlaknya yang mulia. Di samping itu, ia juga berhati lembut, ramah, dan suka menolong. Sementara itu, sifat Purbararang sangat bertolak belakang dengan Purbasari. Ia adalah seorang yang pendengki, sombong, dan kasar terhadap orang di sekitarnya. 

Keputusan raja untuk mewariskan takhta kepada Purbasari dianggap bijaksana oleh rakyat Kerajaan Pasir Batang. Dengan segera, Prabu Tapa Agung menobatkan Purbasari sebagai ratu di hadapan para penasihat istana dan keenam putrinya, sebelum ia memulai hidup baru sebagai pertapa.

Sesuai dugaan, Purbararang marah dan tidak dapat menerima keputusan sang ayah. Menurutnya, sebagai anak sulung, dialah yang berhak menjadi pewaris takhta. Selain itu, calon suaminya yang bernama Raden Indrajaya juga mengutuk keputusan Prabu Tapa Agung. Raden Indrajaya sudah lama mendambakan hidup penuh kekuasaan dan kekayaan. Hal yang diyakininya sudah di depan mata, tapi ternyata dengan mudah terampas.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved