MBG di Palembang

MBG Hadir, Kantin Sekolah di Palembang Tetap Ramai, Kebiasaan Jajan Siswa Tak Luntur

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha kantin sekolah.

Penulis: Hartati | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Hartati
Siswa SMP Negeri 19 Palembang tetap menyerbu kantin sekolah saat jam istirahat, padahal mereka baru saja menyantap MBG, Kamis (9/1/2025) 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha kantin sekolah.

Mereka khawatir omzet penjualan akan menurun drastis karena siswa sudah mendapatkan makanan gratis.

Namun, kekhawatiran tersebut tampaknya tidak sepenuhnya terbukti. Kebiasaan siswa untuk jajan di kantin ternyata tidak serta merta hilang setelah program MBG berjalan.

Fenomena ini terlihat jelas di SMP Negeri 19 Palembang, sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran full day atau belajar hingga sore hari.

Meskipun baru 10 menit sebelumnya para siswa menyantap menu MBG yang dibagikan, ratusan siswa tetap terlihat memadati kantin sekolah.

Berbagai alasan melatarbelakangi kebiasaan jajan siswa ini. Beberapa di antaranya adalah porsi makanan MBG yang dianggap terlalu sedikit, menu yang kurang disukai atau tidak sesuai selera, serta kebiasaan jajan yang sudah melekat dan didukung dengan uang jajan yang diberikan dari rumah.

"Porsinya sedikit jadi belum kenyang apalagi belajarnya sampai sore jadi karena ada uang jajan makanya tetap jajan ke kantin," ujar Umar, salah satu siswa SMP Negeri 19, Kamis (9/1/2025).

Umar menambahkan bahwa ia biasanya membawa bekal air minum dan mendapat uang jajan Rp 10 ribu setiap hari, yang digunakan untuk membeli es, gorengan, atau makanan ringan lainnya seperti suki-sukian.

Kepala SMP Negeri 19 Palembang Wahyuni, menanggapi fenomena ini dengan bijak. "Kita mendukung program MBG karena membantu orang tua menyediakan makanan bagi siswa tapi juga tidak bisa membatasi siswa yang mau jajan, karena memang sudah kebiasaan dan juga tetap diberi bekal uang jajan dari rumah," katanya.

Wahyuni mengakui bahwa mungkin ada sedikit dampak bagi UMKM di sekolah, tetapi berdasarkan pengamatan selama empat hari penerapan MBG, dampaknya tidak terlalu signifikan.

Ia juga menambahkan bahwa variasi dan kualitas jajanan di kantin juga memengaruhi minat siswa untuk membeli.

 "Kalau makanannya enak, murid pasti mau jajan lagi, tidak akan mematikan usaha kantin karena siswanya memang ribuan orang dan pulang sore terus," jelasnya.

Salah satu pemilik kantin di SMP Negeri 19 juga mengungkapkan pengalamannya. Awalnya, ia sempat khawatir program MBG akan berdampak negatif pada usahanya.

"Sempat khawatir jualan tidak laku, tapi alhamdulillah masih laku juga meski tetap sebanyak sebelum program berjalan, masih ada siswa yang jajan karena memang perlu minum atau ingin menu makanan ringan bukan menu nasi," ujarnya.

Kisah di SMP Negeri 19 ini menunjukkan bahwa program MBG dan keberadaan kantin sekolah dapat berjalan berdampingan.

MBG memberikan jaminan asupan gizi bagi siswa, sementara kantin tetap memenuhi kebutuhan siswa akan variasi makanan, minuman, dan jajanan ringan.

Hal ini juga memberikan sinyal positif bagi para pelaku UMKM di lingkungan sekolah bahwa program MBG tidak serta merta mematikan usaha mereka, melainkan menciptakan dinamika baru dalam ekosistem ekonomi di lingkungan sekolah.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved