Ustaz Solihin Hasibuan Meninggal

Ustaz Solihin Hasibuan Dimakamkan di Pangkalan Gelebak Banyuasin, Dekat Makam Ustaz Taufik Hasnuri

Jenazah Ustaz Solihin Hasibuan saat ini telah tiba di rumah duka di Jalan Sukamaju depan Hutan Wisata Punti Kayu Km 6,5 sekitar pukul 08.00 WIB. 

Penulis: Arief Basuki | Editor: Odi Aria
Kolase
Kolase foto semasa hidup Ustaz Solihin Hasibuan dan Ustaz Taufik Hasnuri. Jenazah Ustaz Solihin Hasibuan akan dimakamkan di Pangkalan Gelabak Banyuasin dekat makam Ustaz Taufik Hasnuri, Senin (4/11/2024). 

Dikutip dari hasil Repository.radenfatah.ac.id, inilah sosok Ustaz Solihin Hasibuan atau yang lebih dikenal dengan panggilan Solhas.

Pemilik nama lengkap Drs. H. Solihin Hasibuan, M.Pd.I lahir di Tapanuli Selatan, Medan Sumatera Utara pada tanggal 7 Agustus 1966.

Ia kemudian menikah pada tahun Tahun 1995 beliau menikah dengan Hj.Khozanah,S.Ag dan dikaruniai 4 orang anak.

Anak pertamanya bernama, Rufaidah Hasibuan, Abdul Hafidz Hasibuan, Ahmad Ismail Hasibuan
dan yang terakhir Fina Rizkiyah Hasibuan.

Bicara soal pendidikan, Ustaz Solihin Hasibuan menempuh jenjang awal pendidikan pada tahun 1980
di Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di salah satu SMP di Tapanuli Selatan yaitu Sekolah Menengah Negeri di Kabupaten Tapanuli Selatan dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Ponpes di Ponorogo.

Setelah lulus dai Pesantren beliau melanjutkan pendidikannya ke Jenjang S1 di Palembang yaitu IAIN Raden Fatah Palembang.

Kemudian, Ustaz Solihin Hasibuan juga melanjutkan pendidikan ke Jenjang S2 di LIPIA Jakarta.

Perjalanan Karir sebagai Pendakwah

Dalam berdakwah Solhas sudah memperlihatkan bakatnya di bidang dakwah ketika tamat dari Pesantren Gontor.

Selama menempuh pendidikan, Solhas sering mengikuti dan memenangkan lomba-lomba pidato antar pesantren, bahkan sampai ke tingkat nasional.

Selesai menempuh pendidikan, Solhas kemudian mengajarkan berbagai ilmu di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan.

Perjalanan hidupnya diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan ummat.

Setelah dinilai cukup mendedikasikan diri di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, tahun 2003 beliau hijrah dan memimpin Pondok Pesantren An-Nuur Kertapati Palembang (selama 40 hari), kemudian hijrah lagi ke Pesantren AlFirdaus Mata Merah Palembang.

Pada tahun 2004 beliau membangun sebuah Sekolah bernuansa Islami, yang diberi nama IZZATUNA yang artinya “Kebanggan Kita”.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved