Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Merajut Spiritualitas dan Kebersamaan Hingga Menggali Nilai-Nilai Maulid Nabi
Suasana bulan Maulid, tradisi Maulid Nabi adalah tradisi yang telah lama dipraktikkan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia.
Lebih dari itu, peringatan Maulid juga sering dijadikan momen untuk berbagi dengan sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan.
Nilai kepedulian sosial ini sesuai dengan ajaran Rasulullah yang selalu menganjurkan umatnya untuk peduli terhadap fakir miskin, yatim piatu, dan mereka yang kurang beruntung.
Dengan demikian, Maulid Nabi bukan hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat solidaritas sosial dan membangun masyarakat yang lebih harmonis.
Maulid Nabi juga memberikan kesempatan untuk merenungkan akhlak mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Salah satu aspek penting dalam kehidupan Nabi adalah bagaimana beliau mengedepankan akhlak yang baik dalam segala situasi.
Nabi SAW terkenal karena sifat-sifatnya yang jujur, amanah, adil, dan sabar. Dalam setiap peringatan Maulid, umat Islam diajak untuk meneladani akhlak tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peringatan Maulid seharusnya tidak berhenti pada ritual saja, tetapi juga menjadi momentum untuk memperbaiki diri. Umat Islam diajak untuk meniru sikap rendah hati, kesederhanaan, dan keteguhan hati Rasulullah dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan.
Dengan menjadikan Rasulullah sebagai teladan, umat Islam diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan penuh integritas dan moralitas yang tinggi.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Maulid Nabi yaitu nilai spiritual, sebagai umat Islam harus dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Saw. dengan mengungkapkan kegembiraan terhadap kelahiran Nabi sebagai cerminan rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi pembawa rahmat bagi semesta alam (Yunus, 10:58).
Al-Suyuthi menyatakan jika Abu Lahab yang kafir, telah turun Al-Qur’an untuk mencelanya diberikan balasan (padahal ia di neraka) sebab kegembiraanya pada malam kelahiran Nabi Muhammad Saw., bagaimana dengan seorang muslim yang meng-Esakan Allah dari umat Nabi Muhammad Saw. yang senantiasa bergembira dengan kelahiran Nabi dan bersedekah apa yang dia mampu demi kecintaanya kepada Nabi Saw. Sungguh balasan dari Allah Swt. ia akan dimasukkan ke dalam surga karena karunia-Nya.
Menurut al Rassa Cinta kepada Nabi juga harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini baik melalui cara diskursif atau melalui kesenangan yang lebih konkret.
Begitu juga KH. Hasyim Asy’ari menyatakan iman kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan barometer kesempurnaan seorang muslim. Yang dimaksudkan iman kepada Nabi Saw. adalah meyakini kenabian Muhammad Saw. dan ajaran yang diwahyukan serta sunnahnya.
Keyakinan tersebut diekspresikan ke dalam ucapan dan diimplementasikan dalam tindakan. Hal yang lebih penting lagi bahwa mencintai Nabi. berbanding lurus dengan mencintai Allah Swt. dengan mengikuti ajarannya dan menjadikan Nabi Saw. sebagai teladan.
Kemudian nilai moral dengan memperingati Maulid Nabi umat Islam dapat menyimak akhlak terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Nabi Muhammad Saw.
Nilai sosial, dengan memperingati Maulid, umat dapat memuliakan dan memberikan jamuan makanan kepada para tamu, terutama dari golongan fakir miskin yang menghadiri majelis Maulid sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah mengutus Nabi.
Nilai Persatuan, dengan memperingati Maulid akan terjalin persatuan yaitu dengan berkumpul untuk bershalawat dan berzikir dan nilai semangat juang, menurut catatan sejarah, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi telah membakar semangat juang kaum muslimin dalam menghadapi tentara Salib dengan momentum Maulid Nabi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.